Wednesday, March 10, 2010

Hasyim Muzadi Bersaing dengan Kiai Sahal :Untuk Jabatan Rais Am PB NU

SURABAYA - Bukan hanya perebutan jabatan ketua umum PB NU yang marak, kursi rais am juga bakal diperebutkan. KH Sahal Mahfudz yang karismatik bakal mendapat saingan berat dari Hasyim Muzadi yang kini menjabat Ketum PB NU. Keduanya sudah mendapat dukungan kuat untuk maju dalam Muktamar NU di Makassar, 22-27 Maret 2010.

Bila Kiai Sahal mendapat dukungan dalam pertemuan sejumlah kiai dan pengurus Syuriah PW NU Jateng, Jabar, Jakarta, dan luar Jawa, Hasyim bakal didukung PW NU Jatim. ''Memang, untuk suara dari Jawa Timur, arus kuat calon posisi rais am ke Pak Hasyim. Jadi, mengerucut satu nama saja dan nama itu sudah disampaikan saat muskerwil itu,'' kata Rais Syuriah PW NU Jatim KH Miftakhul Akhyar saat ditemui Jawa Pos di Kantor PW NU kemarin (9/3). Nama Hasyim juga sempat disebut dalam muskerwil di Asrama Haji Senin lalu (8/3).

Menurut Kiai Miftakh, bandul dukungan ke Hasyim tersebut juga sudah melalui proses panjang. Mulai pertemuan para kiai hingga hasil istikharah. Sejumlah kiai pun sudah mengundang Hasyim untuk dimintai kesediaan menjadi calon rais am. ''Tentu ketika bertemu Pak Hasyim, banyak hal yang kami klarifikasi, pertanyakan, hingga komitmennya,'' ungkapnya.

Banyak ulama dan kiai yang berpendapat bahwa NU ke depan itu butuh seorang rais am yang tidak sekadar karismatik. Tapi, juga memiliki konsep manajemen bagus. Sebab, sesuai dengan anggaran rumah tangga (ART) NU, syuriah merupakan pimpinan tertinggi dan kewenangannya sangat besar. Bukan hanya sebagai pembina dan pengendali, tetapi juga penentu kebijakan.

''Tugas dan wewenang yang begitu besar itu, rasanya, tidak mungkin dibebankan kepada perorangan sehingga kepemimpinan syuriah harus diselenggarakan secara kolektif-kolegial,'' jelas Kiai Miftakh.

Bagaimana halnya dengan sejumlah rais syuriah luar Jatim yang sebelumnya menyatakan mendukung KH Sahal Mahfudz? Menurut dia, itu tidak menjadi persoalan. ''Silakan saja. Yang perlu digarisbawahi, kalaupun Jawa Timur mengarah ke Pak Hasyim, itu bukan berarti kami berseberangan atau tidak suka dengan calon lain. Ini bagian dari dinamika organisasi saja,'' paparnya.

Untuk calon ketua umum, Kiai Miftakh mengakui memang di kalangan cabang masih belum sepakat satu nama. Namun, pihaknya memastikan sudah mengerucut hanya tinggal dua nama. Selain Gus Sholah, satu kandidat kuat lainnya adalah Ahmad Bagdja. Bagaimana halnya dengan Said Agil Siradj? Kiai Miftakh menepisnya. ''Dalam muskerwil pun nama Pak Said nggak muncul,'' katanya mengklarifikasi pernyataan sebelumnya.

Kiai Miftakh menambahkan, satu nama calon ketua umum nanti diputuskan menjelang hari H muktamar. ''Ibaratnya, nama-nama itu baru semifinal. Grand finalnya masih belum. Cabang-cabang sudah mendesak kepada kami agar grand finalnya tidak lama-lama biar tidak masuk angin,'' katanya. (nur/tof)

No comments: