JAKARTA - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) KH Idham Chalid tutup usia kemarin (12/7). Almarhum yang juga pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu meninggal dunia pada usia 88 tahun setelah mengalami sakit stroke sekitar 10 tahun.
Jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka di kompleks Pondok Pesantren Darul Maarif, Cipete, Jalan Fatmawati, Jaksel. Rencananya, jenazah almarhum dimakamkan hari ini. ''Kami sudah ikhlas Bapak meninggal,'' kata salah seorang anak KH Idham Chalid, Syaiful Hadi Chalid, kemarin.
Ucapan dukacita datang dari sejumlah pejabat. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ani Yudhoyono, Wapres Boediono dan Herawati Boedino, Menteri Agama Suryadarma Ali, dan sejumlah mantan pejabat melayat ke rumah duka.
Sebuah tenda besar didirikan di depan rumah duka untuk tempat pelayat. Jenazah almarhum ditempatkan di atas tempat tidur. Di dekatnya terdapat sebuah lukisan almarhum mengenakan baju putih sambil membaca Alquran. ''Bapak bukan koma, tapi kena stroke. Fungsi otaknya makin berkurang. Dia juga lumpuh. Saraf-sarafnya sudah tidak berfungsi. Jadi, cuma bisa tiduran di atas kasur aja,'' kata Rina Syaiful, menantu KH Idham Chalid.
Ketua Umum PB NU Said Aqil Siradj mengimbau seluruh warga NU ikut mendoakan kepergian mantan ketua umum PB NU yang telah memimpin selama 28 tahun tersebut. ''Atas nama PB NU, kami mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya, sekaligus mengimbau warga nahdliyin ikut berdoa untuk beliau,'' ujarnya.
Sosok Idham Chalid patut menjadi panutan generasi saat ini dan mendatang. Selain sebagai ulama, tokoh yang memimpin PB NU sejak 1956 itu merupakan politikus yang moderat dan santun. ''Beliau bisa diterima di mana-mana dan selalu berada di tengah, tidak ekstrem,'' tandasnya. (dyn/c4/jpnn)
No comments:
Post a Comment