Jakarta, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berharap muktamar Nahdlatul Ulama (NU) di Makassar pada 22-27 Maret mendatang menjadi lembaran baru bagi organisasi sosial keagamaan itu dalam mengawal dinamika perubahan di Indonesia.
"Muktamar ke-32 di Makassar harus menjadi lembaran baru NU untuk menampakkan eksistensinya kembali dalam mengawal dinamika perubahan yang terus saja terjadi," kata fungsionaris PMII Abdul Basir Laupe di Jakarta, Jumat.
PMII berharap gerakan NU ke depan tidak terlepas dari tradisi pergulatan intelektual dan mengurangi perhatian pada dinamika politik.
"Secara tidak disadari, lambat-lambat tapi pasti, persoalan politik membuat NU kehilangan peran strategisnya. NU tidak lagi menjadi faktor yang diperhitungkan," katanya.
PMII sendiri ingin mengembalikan ikatan sinergi secara organisatoris dengan NU. PMII ingin memainkan peranan dalam menyiapkan dan menyuplai kebutuhan kader bagi NU.
"Hal ini dimaksudkan agar gerakan PMII menjadi instrumen yang menopang kerangka besar perjuangan NU secara lebih intens dan militan," katanya.
Secara organisasi, PMII telah melepaskan diri dari bagian organisasi NU sejak 1973. Kongres PMII saat ini memutuskan PMII menjadi organisasi independen. Independensi PMII sendiri telah dicanangkan sejak 1971.
Menurut Abdul Basir, PMII memilih independen karena saat itu NU memosisikan diri sebagai partai politik. Namun, peristiwa kembalinya NU ke khittah pada muktamar di Situbondo pada 1984 tentunya menjadi variabel sejarah untuk mengoreksi pola relasi antara NU dan PMII.
Menyambut muktamar NU mendatang, PMII akan menggelar diskusi terbuka bertajuk "Manfaat Strategis NU bagi Bangsa-Global: Di Mana Kau Bersembunyi?" pada Ahad (14/3).
Diskusi akan menghadirkan para kandidat ketua umum PBNU yakni Slamet Effendy Yusuf, Ahmad Bagdja, Masdar Farid Mas`udi, Said Aqil Siradj, Ali Maschan Moesa, Salahuddin Wahid, dan Andi Jamaro Dulung. (ant/mad)
No comments:
Post a Comment