Sunday, December 12, 2010

Sekolah Indonesia di Kuala Lumpur Dikunjungi Pelajar Asing Tiap Tahun

Minggu, 12/12/2010 00:40 WIB
Ramdhan Muhaimin - detikNews

Kuala Lumpur - Keunikan budaya dan bahasa Indonesia selalu menjadi daya tarik warga negara asing. Mempelajari budaya dan bahasa Indonesia tidak mesti dengan datang ke Indonesia. Sekolah Indonesia di luar negeri pun bisa menjadi media untuk memperkenalkan kebudayaan dan bahasa Indonesia kepada warga negara asing.

Peranan inilah yang dilakukan Sekolah Indonesia di Kuala Lumpur (SIK). Kepala Sekolah SIK, Elslee Sheyoputri mengungkapkan, sudah tiga tahun terakhir SIK menerima kunjungan 20 pelajar Australia yang ingin mempelajari budaya dan bahasa Indonesia.

"Mereka datang dari Victoria, Australia. Usia mereka setara dengan usia SMP-SMA. Mereka datang berkunjung untuk program homestay selama 2 minggu belajar budaya dan bahasa Indonesia," kata Elslee ketika berbicang-bincang di Kuala Lumpur, Sabtu (11/12/2010).

Elslee menjelaskan, selama program homestay tersebut, para pelajar Australia tinggal bersama keluarga-keluarga Indonesia yang berada di sekitar Kuala Lumpur. Secara terjadwal, lanjut dia, mereka juga belajar memainkan alat musik angklung, tari daerah, dan memasak masakan Indonesia.

Tidak sampai disitu, setiap kali di akhir kegiatan, para pelajar Australia tersebut menampilkan kebolehan kesenian yang telah mereka pelajari selama dua minggu itu dalam pentas seni penutupan program.

"Keluarga-keluarga ini dimintai kesediaannya oleh SIK untuk menjadi keluarga angkat bagi para peserta. Program ini sudah berjalan 3 tahun. Untuk tahun depan, pihak kementerian pendidikan Australia sudah mengirimkan surat permohonannya kembali untuk melanjutkan program homestay. Padahal program ini tidak ada MoU resmi antara SIK dengan pihak sana. Ini berjalan secara natural dan kekeluargaan saja," ujar Elslee.

Menurut Elslee, tingginya minat pelajar Australia mempelajari budaya Indonesia di SIK karena pemerintah mereka beberapa kali mengeluarkan travel warning ke Indonesia. "Sepertinya karena sebab itu. Yang terpenting mereka ingin sekali belajar budaya Indonesia. Tidak bisa ke Indonesia, yah mereka mencari sampai ke sini (Kuala Lumpur)," cetusnya.

Tidak hanya dari Australia. Elslee bahkan mengungkapkan, beberapa kali warga negara asal Thailand dan Iran meminta agar SIK mau menerima anak-anak mereka belajar di SIK. Alasannya, menurut Elslee, karena Indonesia adalah negara muslim dan demokratis.

"Tapi kami menolaknya. Untuk warga Indonesia saja tidak tertampung semua, bagaimana SIK bisa menerima warga asing. Sedangkan kurikulum SIK mengacu pada Kemendiknas. Berbeda dengan sekolah internasional lain yang ada di Kuala Lumpur," lanjut Elslee.

Elslee menegaskan, program ini sesuai dengan visi SIK sebagai sekolah Indonesia di luar negeri yang mempunyai dua peranan, yaitu pelayanan pendidikan dan duta kebudayaan. "Melalui Sekolah Indonesia di luar negeri inilah, menjadi cermin Indonesia di luar negeri," tandasnya.

(rmd/ape)

No comments: