Jakarta,Pemikiran dan sikap politik Gus Dur kerap ditentang baik oleh kawan maupun lawan, tetapi setelah wafatnya, Gus Dur mendapat pujian dari berbagai elemen bangsa, karena faham kebangsaan yang dikembangkannya selalu integratif dan inklusif dengan dinamika kehidupan bangsa dan negaranya.
Tak heran jika banyak kalangan yang menginginkan agar Gus Dur mendapat gelar pahlawan sebagai perjuangan atas apa yang diperjuangkannya, pemikiran dan kiprah perjuangannya dalam menegakkan demokrasi, HAM, pluralisme dikenal oleh semua warga bangsa. Ia bukan hanya milik warga NU, tetapi milik warga bangsa.
Mengenang 40 hari wafatnya Gus Dur, DR Ali Masykur Musa meluncurkan buku berjudul “Pemikiran dan Sikap Politik Gus Dur” di gedung PBNU, Kamis. Buku ini merupakan penghormatan kepada Gus Dur sebagai guru, pembimbing dan bapak yang banyak memberi pencerahan, baik dalam pemikiran maupun kehidupan pribadi.
“Gus Dur sesungguhnya bukanlah sosok yang kontraversial, ia justru seorang muslim sejati yang mengimplementasikan nilai-nilai islam secara membumi. Logika awamlah yang justru seringkali tertinggal di belakang, sehingga terkesan bahwa Gus Dur adalah sosok yang nyeleneh dan melawan arus, padahal keterbatasan kitalah yang tak mampu memahami pemikiran dan sikap politiknya,” kata Ali Masykur.
Gus Dur yang lahir di Denanyar Jombang, 7 September 1940 adalah sosok yang unik. Ia bukan hanya sebagai ulama, tetapi juga sebagai budayawan, penulis, cendekiawan, pengamat sepakbola, politisi, penikmat seni, humoris, penggiat demokrasi, penganjur pluralitas, pembela kaum minoritas dan masih banyak sebutan lain yang disandangkannya, misalnya sebagai guru bangsa, tokoh pluralisme, bapak demokrasi dan pahlawan kaum tertindas.
Banyak anak muda NU yang tampil ke pentas kepemimpinan nasional tanpa canggung karena mereka dibekali secara cukup oleh Gus Dur, maka muncullah nama semisal Khofifah Indar Parawansa, Ali Masykur Musa, Muhaimin Iskandar, Suryadarma Ali, Idrus Marham, Saifullah Yusuf, Lukman Hakim Saifuddin, Yenny Wahid, Slamet Effendy Yusuf dan lainnya.
Buku ini terdiri atas empat bagian pembahasan, pertama kiprah Gus Dur di dalam kepengurusan NU dan pendirian PKB hingga menjadi presiden ke-4 RI, kedua, sikap Gus Dur dalam percaturan politik nasional, utamanya pergumulan NU sebagai organisasi sosial keagamaan dengan kekuasaan. Ketiga, akar-akar pemikiran Gus Dur yang berpusat pada tiga prinsip persaudaraan, yaitu ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah basyariyah. Keempat, potret Gus Dur sebagai figur yang dikenang oleh banyak orang dari berbagai kalangan.
“Terbitnya buku ini diharapkan akan menjadi mercusuar yang akan memberi petunjuk jalan bagi siapa saja untuk lebih dekat mengenal Gus Dur, memahami pemikirannya, mengetahui alasan tindakan-tindakan dan sikap politik Gus Dur yang kerap dianggap kontraversial,” katanya. (mkf)
No comments:
Post a Comment