Thursday, February 11, 2010

Penghargaan:Abdurrahman Wahid Pembela Buruh Migran

Sumber Kompas :Kamis, 11 Februari 2010 | 03:07 WIB

Jakarta, - Mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (almarhum) dianugerahi penghargaan sebagai pembela buruh migran Indonesia. Gus Dur dinilai memiliki peran penting dalam meletakkan fondasi diplomasi luar negeri, khususnya dalam perlindungan tenaga kerja Indonesia. Pembelaan Gus Dur terhadap buruh migran tak hanya dilakukan dalam bentuk retorika, tetapi juga turut berjuang di garda terdepan.

Penghargaan tersebut diberikan oleh Migrant Care yang diwakili direkturnya, Anis Hidayah, kepada putri Gus Dur, Yenny Wahid, Selasa (9/2) malam di Gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Acara tersebut dihadiri mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno, anggota BPK yang juga politisi PKB Ali Masykur Musa, aktivis perempuan Maria Ulfah, anggota DPR Rieke Dyah Pitaloka, dan Alex Ong dari Migrant Care Malaysia.

Anis menjelaskan, fondasi diplomasi luar negeri dalam perlindungan hak buruh migran dilakukan Gus Dur pada 1999. Saat itu, salah satu buruh migran, Siti Zaenab, asal Bangkalan, Madura, akan dieksekusi mati. Gus Dur berhubungan dengan Raja Fadh (Arab Saudi) sehingga eksekusi berhasil ditunda hingga saat ini.

Hasan, orangtua Siti Zaenab, yang datang dari Bangkalan, dalam penyerahan penghargaan, Selasa, mengatakan hal sama. Untuk itu, Hasan berterima kasih atas upaya Gus Dur tersebut. Ia mengaku bertemu Gus Dur pada 2007. Saat itu, ia meminta Gus Dur berkirim surat ke Arab Saudi mengenai nasib Siti Zaenab.

Melalui diplomasi kultural, Gus Dur pun berhasil menyelamatkan nyawa Adi bin Asnawi, TKI yang divonis hukuman gantung di Malaysia. Ibu Adi, Zakiah, mengungkapkan terima kasih atas usaha Gus Dur karena akhirnya Adi kembali ke keluarga pada 10 Januari 2010.

Pembelaan serupa dilakukan Gus Dur ketika sekitar 81 TKI dideportasi dari Malaysia karena tak memiliki dokumen resmi. Ke-81 TKI itu ditampung di rumah Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan. Seorang TKI yang dideportasi dari Damarsara, Malaysia, Lukman, mengaku sangat kehilangan dengan perginya Gus Dur. Ia berharap ada sosok pengganti Gus Dur.

Menurut Anis, selama ini Gus Dur menjadi pembuka kebuntuan bagi persoalan-persoalan buruh migran, terutama ketika pemerintah tidak merespons persoalan tersebut. Selama sekitar lima tahun bermitra dengan Gus Dur, Migrant Care merasa sangat terbantu.

Sementara itu, Yenny Wahid, dalam sambutannya, mengatakan, ada beberapa alasan mengapa Gus Dur membela kaum buruh migran. Pertama, Gus Dur pernah menjadi buruh waktu menempuh pendidikan di luar negeri. Kedua, Gus Dur adalah Muslim yang baik. Ketiga, Gus Dur merupakan seorang demokrat yang percaya pada demokrasi yang berkeadilan sosial.

(ANA)

No comments: