Sepekan setelah Idul Fitri, Stasiun Kereta Api Madiun masih dipadati penumpang. Sejak H+1 lebaran, tercatat 120 ribu lebih pemudik meninggalkan Madiun menggunakan jasa kereta api. Pada H+6 saja, penjualan tiket kereta masih cukup tinggi yaitu 19.508.
Jumlah ini tidak terpaut jauh dengan jumlah penumpang pada puncak mudik pada H+3 dan H+4. ''Dibanding tahun lalu, volume komulatif penumpang 15 persen lebih banyak,'' ungkap Eko Budianto, Kepala Humas PT KAI Daops VII Madiun kemarin (8/10).
Sejumlah penumpang mengaku kecele melihat padatnya calon penumpang di stasiun, kemarin. Mereka mengira melewati puncak arus balik penumpang telah sepi. Ternyata ruang tunggu stasiun terus dipadati penumpang sejak pagi hingga sore. ''Sudah dapat tiket tapi nggak kebagian tempat duduk.
Saya kira sudah sepi,'' keluh Rini, penumpang asal Sirapan, Madiun, yang mengaku mengantar kerabatnya ke Brebes.Lantaran jumlah penumpang masih cukup banyak, PT KAI masih mengoperasionalkan kereta ekstra lebaran. Dua rangkaian kereta lebaran yaitu KA Mantab (Madiun-Tanah Abang) Lebaran dan KA Brantas yang diberangkatkan pada pukul 16.30 langsung diserbu penumpang.
Mereka rela menunggu berjam-jam didalam gerbong ekstra demi mendapat tempat duduk yang nyaman. ''Tiap gerbong ada toleransi kelebihan penumpang. Yaitu 50 persen untuk kelas ekonomi dan 25 persen untuk kelas bisnis,'' jelas Eko.
Membludaknya jumlah penumpang KA ternyata dimanfaatkan oleh para penumpang gelap. Ratusan penumpang tak bertiket tertangkap tangan petugas setiap kali operasi digelar. Akibatnya, PT KAI mengaku rugi ratusan juta rupiah. ''Kami tidak menyebut kerugian. Tapi potensi kehilangan pendapatan,'' tegasnya.Dicontohkan dari operasi yang digelar tanggal H+3 lalu sedikitnya 200 penumpang tak bertiket terjaring razia di KA Bangunkarta.
KA Bisnis ini diketahui pasang tarif Rp 200 ribu per kursi. Ini berarti PT KAI kehilangan pendapatan tidak kurang Rp 40 juta. Pada hari yang sama di KA Eksekutif Gajahyana terjaring 80 orang penumpang gelap.
Padahal tiket Gajahyana dipatok Rp 400 ribu. ''Sehari saja sudah lebih dari Rp 70 juta. Kalau selama lebaran ya bisa ratusan juta,''. ujar Eko.
Mereka rata-rata terjaring di KA kelas bisnis dan eksekutif. Meskipun sempat berkilah dengan berbagai alasan para penumpang gelap itu dipaksa turun. ''Sebagai aparat mestinya mereka memberi contoh yang baik.
Tapi malah seperti itu,'' katanya.Bagi anggota TNI, lanjutnya, PT KAI sebenarnya sudah memberlakukan potongan harga tiket.
Dengan menunjukkan kartu tanda anggota (KTA), petugas loket akan memberikan harga lebih murah dari tarif biasa. ''Kami sebenarnya sudah memberi keringanan kalau mereka mau beli tiket. Tapi setiap lebaran masih saja ada yang naik tanpa tiket,'' tandasnya
No comments:
Post a Comment