Keluarga Gadaikan Motor untuk Menjemput di Malaysia Demi mengais rezeki untuk membantu keluarga Wiwik Indrawati, warga Desa Kanung, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, mengadu nasib ke Malaysia sebagai buruh pabrik.
Namun, ia dipulangkan dalam kondisi depresi dengan penyebab yang tidak jelas.�
SEKILAS tak terlihat ada sesuatu yang tidak beres pada diri gadis berkulit putih bersih itu. Dia duduk tenang di atas tikar dalam posisi duduk bersimpuh. Sementara perempuan paro baya duduk di sampingnya sambil mengelus telapak tangan kirinya.
Tak berapa lama, ada komunikasi yang terputus di antara keduanya.Sang ibu dengan ucapan lembut menanyakan sesuatu kepadanya. Tapi, gadis berperawakan kurus itu hanya diam membisu. Hanya bola matanya saja yang mengerjap sementara tak mulutnya terkunci rapat.
Pandangannya lurus ke depan dengan ekspresi wajah serius seperti ada pergulatan di pikirannya. ''Nggih namung meneng kados ngoten mawon (Ya hanya diam saja seperti itu, red),'' ujar sang ibu saat ditanya kondisi putrinya.Hampir tiga bulan sepulang dari Malaysia, hari-hari Wiwik Indrawati terlewat dalam diam.
M Gadis berusia 25 tahun itu sebelumnya bekerja sebagai buruh pabrik di Negeri Jiran. Pihak keluarga tidak menyangka nasib Wiwik akan berakhir buruk setelah hampir tiga tahun di perantauan.
Karena dia sempat menghubungi keluarganya lewat telepon dan mengaku baik-baik saja. ''Tidak ada keluhan apa-apa ya cuma ngobrol biasa,'' kata Sapari, ayah Wiwik.Namun, selang sepuluh hari kemudian, tiba-tiba seseorang yang mengaku agency dari� dari Malaysia memberitahukan bahwa Wiwik sakit.
Pihak keluarga diminta segera menjemput dan membawa pulang ke Indonesia. ''Waktu itu saya sempat tanya kenapa kok nggak sana saja yang mengantar. Tapi, katanya keluarga harus menjemput,'' tuturnya. Tanpa berpikir panjang lantaran panik Sapari lantas menyuruh anak laki-lakinya menjemput ke Malaysia.
Untuk biaya, dia mengaku menggadaikan dua BPKB sepeda motor. Berbekal uang Rp 10 juta, anak laki-lakinya berangkat ke Malaysia ditemani sang paman. ''Sampai di Kualalumpur uang saku tinggal Rp 50 ribu. Habis buat ngurus paspor, visa dan tiket pesawat,'' ungkapnya.Sisa uang saku digunakan untuk menelpon pihak agency.
Namun, dengan alasan ada keperluan adik dan paman Wiwik dijemput oleh teman sekerjanya dan dibawa ke asrama karyawan di Mass Bukit Perdu Senai AI 81400 Johor Malaysia. Disana �keduanya menjumpai Wiwik dalam kondisi memprihatinkan.
Wajahnya pucat dan kedua kelopak matanya cekung dan berwarna hitam. Menurut keterangan sang adik, Wiwik sudah seminggu dalam kondisi seperti itu. Dan, selama itu, dia tidak dirawat di rumah sakit. Hanya ditempatkan di sebuah masjid di kompleks asrama karyawan ditemani beberapa teman kerjanya. ''Kakak saya hanya diterapi oleh ustadz setempat,''� kata Gatot Yulianto, adik Wiwik.
Setelah dua hari berada di Malaysia, Gatot membawa kakaknya pulang ke tanah air. Dia hanya dibekali uang gaji kakaknya sebesar 900 ringgit dan paspor. Sedangkan barang-barang milik Wiwik dikirim lewat paket sesudahnya. Pihak agency hanya membiayai kendaraan ke bandara Kualalumpur dan tiket pesawat ke Indonesia. ''Sampai di Solo kami carter mobil sendiri sampai ke Madiun,'' ujar Gatot.
Sayangnya, hingga kini, tak terungkap apa sebenarnya yang dialami oleh Wiwik. Tidak ada keterangan resmi dari perusahaan tempat dia bekerja, Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) maupun agency di Malaysia. Dokumen-dokumen sebagai TKI termasuk salinan kontrak kerja juga tidak ditemukan di antara barang-barang milik pribadi yang dikirim kembali ke Indonesia. ''Dari sana tidak diberi apa-apa (berkas, red).
Hanya paspor saja dan gaji terakhir,'' katanya. Keluarga sudah menempuh berbagai cara untuk kesembuhan Wiwik. Awal September lalu keluarga membawanya ke Rumah Sakit Jiwa Solo. Informasi yang diterima dari pihak rumah sakit, gadis lulusan SMEA tersebut diduga mengalami depresi. Setelah mengonsumsi obatnya kondisinya sempat membaik.
Wiwik sudah bisa diajak berkomunikasi. Bahkan, dia pernah menelepon teman kerjanya di Malaysia menggunakan handphone. Tapi sebulan belakangan Wiwik kembali membisu. ''Gara-garanya, waktu lebaran lalu ditinggal buliknya (bibi, red) ke Jakarta.
Setelah itu nggak mau lagi ngomong,'' tambah Sapari.Sekarang, Wiwik hanya menjalani pengobatan alternatif. Keluarga mengaku sudah keluar biaya banyak untuk penyembuhan. Dan sekarang mengaku pasrah dan berharap mukjizat bagi kesembuhan Wiwik.
Namun, demi mendapatkan hak-hak anaknya sebagai TKI, Sapari mengaku melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Madiun.
Dia berharap mendapat kejelasan penyebab anaknya mengalami depresi. Selain itu, ada tanggungjawab dari pihak perusahaan dan PJTKI yang dulu memberangkatkan Wiwik ke Malaysia. Termasuk membiayai perawatan putrinya hingga sembuh. Dan hidup normal seperti sebelumnya. ***
No comments:
Post a Comment