JELANG EKSEKUSI, Puluhan anggota polisi siaga di sekitar rumah ibu kandung Amrozi dan Mukhlas di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur tadi malam. Polisi melipatgandakan pengamanan menjelang eksekusi terhadap terpidana mati kasus Bom Bali I.
Eksekusi terhadap tiga terpidana mati kasus Bom Bali I,yaitu Amrozi,Mukhlas,dan Imam Samudra, akhirnya dilaksanakan tadi malam di Lembah Nirbaya,Nusakambangan,Cilacap,Jawa Tengah.
Amrozi dkk dieksekusi sekitar pukul 23.20 WIB,dan dinyatakan meninggal 10 menit kemudian. Sumber di Nusakambangan menuturkan, prosesi eksekusi dimulai sekitar pukul 23.10 WIB, diawali dengan siraman rohani oleh rohaniwan yang meminta supaya Amrozi dkk menerima dengan ikhlas apa yang dilakukan oleh negara. Selanjutnya, jaksa eksekutor membacakan surat perintah pelaksanaan eksekusi.
Tepat pukul 23.20 WIB, setelah surat perintah dibacakan, tiga regu tembak segera menembakkan peluru ke arah Amrozi dkk yang masing-masing terikat pada sebuah kayu dengan kepala tertutup kain hitam.
Sepuluh menit kemudian,Amrozi dan kawankawan dinyatakan meninggal setelah menjalani autopsi oleh tim dokter forensik Polda Jawa Tengah. Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung (Kapuspenkum Kejagung) Jasman Panjaitan tidak membantah pemberitaan soal eksekusi tersebut. “Saya belum dapat informasinya, tapi terkait beritaberita tidak resmi mengenai eksekusi, biarkan saja.
Yang pasti pengumuman dari Kapuspenkum secara komprehensif baru besok (hari ini),” ujarnya di Gedung Kejagung dini hari tadi. Sementara itu, hingga tadi malam keluarga Amrozi dan Mukhlas di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, terus mematangkan persiapan pemakaman.
Keluarga telah menyiapkan 500 orang untuk mengubur jasad Amrozi dan Mukhlas. Dari 500 orang itu, sebanyak 100 orang merupakan santri,alumnus,dan masyarakat Tenggulun yang menjadi jamaah Pondok Pesantren (Ponpes) Al Islam.Selebihnya bantuan dari luar,di antaranya dari Pekalongan, Solo, Surabaya hingga Yogyakarta.
Keluarga Amrozi dan Mukhlas, Sabtu (8/11) dini hari, mengirimkan petugas penyucian jenazah ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Mereka yang berangkat adalah Ali Fauzi,adik tiri Mukhlas dan Amrozi, selaku wakil keluarga, serta Suhadak Syakir, staf guru kesehatan di Ponpes Al Islam Tenggulun.
Mereka berangkat dari rumah Alimah, kakak kandung Amrozi-Mukhlas, di Tenggulun dengan menumpang mobil dinas Kejaksaan Negeri Lamongan. “Kami ngelencer (pergi),” jawab Ali Fauzi menjawab pertanyaan puluhan wartawan sebelum naik mobil.
Chozin, kakak Amrozi, mengakui bahwa keberangkatan Ali Fauzi dengan Suhadak Syakir untuk memenuhi keinginan Amrozi dan Mukhlas yang meminta dimandikan dan dikafani oleh keluarga. ”Kami mengirim mereka karena pemerintah tidak mengizinkan jenazah dimandikan dan dikafani setiba di Tenggulun,”kata dia seusai memberikan keterangan pers di Khafilah Syuhada’, Media Center Ponpes Al Islam,Tenggulun, kemarin.
Sebelumnya, memang terjadi tarik ulur terkait keinginan memandikan dan mengafani jenazah Amrozi dan Mukhlas setelah eksekusi mati. Pihak keluarga berharap dapat melakukan hal itu, tetapi ternyata ditolak perwakilan dari Polwil Bojonegoro dan Kejaksaan Negeri Lamongan. Menurut mereka, memandikan dan mengafani terpidana mati menjadi wewenang negara.
Mencekam
Tadi malam,suasana Desa Tenggulun mencekam. Ratusan pendukung Amrozi dan Mukhlas tersebar hampir di seluruh sudut kampung. Mereka bergerombol di tiga titik, yakni di sekitar masjid Baitul Muttaqien, di Pondok Pesantren Al Islam, dan di sekitar rumah Tariyem, ibu Amrozi.
Sebagian juga di jalanan desa. Polisi juga terus melipatgandakan pengamanan. Tercatat 1.500 personel polisi telah disebar di Desa Tenggulun. Mereka merupakan petugas gabungan dari Polwil Bojonegoro, Polres Lamongan, Jombang, Tuban, Mojokerto, dan Polresta Mojokerto.
Satu peleton Brimob Polda Jatim dan anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Polda Jatim juga disiagakan. Ini belum ditambah petugas keamanan dari Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan.
Kapolres Lamongan, AKBP Imam Sayuti mengatakan, pengamanan tidak hanya dikonsentrasikan di Tenggulun,melainkan juga beberapa objek vital seperti Wisata Bahari Lamongan dan Lamongan Integrated Shorebase (LIS). “Pengamanan yang akan kami lakukan sesuai prosedur. Kami pun tidak takut untuk melakukan pengamanan kepada kelompok yang mengganggu,” tandas Imam.
Hingga pukul 23.00 WIB, lima mobil patroli dari Polsek Modo,Polsek Blubuk, Sambeng, Kembangbrau, dan Polsek Pucuk ditempatkan di sekitar helipad di lapangan Desa Bulubrangsi yang menjadi tempat pendaratan heli pengangkut jenazah Amrozi dan Mukhlas.
Selain itu terdapat dua ambulans dan satu unit mobil pemadam kebakaran. Suasana di Dermaga Wijayapura Cilacap,Jawa Tengah, tadi malam juga tak kalah mencekam.
Berdasarkan pantauan ,tadi malam pemeriksaan menuju pintu masuk Dermaga Wijayapura diperketat.Aparat kepolisian yang berjumlah sekitar 12 orang ditambah enam personel marinir bersenjata laras panjang tampak berjaga-jaga dan mengawasi setiap orang yang menuju pintu dermaga. Warga sekitar dan puluhan wartawan yang menuju pintu masuk dermaga langsung diperiksa petugas.
Warga sekitar yang sehari sebelumnya masih bisa masuk ke pintu dermaga, tadi malam, bahkan sama sekali tidak diperbolehkan masuk.
Sementara wartawan masih diperbolehkan berada di sekitar pintu masuk dermaga kurang lebih 400 meter dari pintu dermaga. Sekitar pukul 20.30 tadi malam,terlihat sebuah kapal yang diduga mengangkut aparat kepolisian meninggalkan Dermaga Sleko, salah satu pintu masuk ke Nusakambangan, menuju Dermaga Sodong di Nusakambangan. Tidak begitu jelas dari kesatuan mana para penumpang di kapal tersebut karena pemandangan sekitar dermaga gelap.
Yang jelas sesampai di Sodong, para penumpang kapal langsung diangkut oleh empat mobil yang sudah siaga. Pukul 22.20 WIB, Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Depkumham Jawa Tengah Bambang Winahyo masuk Dermaga Wijayapura dan langsung menuju Nusakambangan. (ashadi ik/ridwan anshori/ant)
No comments:
Post a Comment