JAKARTA - Upaya rekonsiliasi struktural di tubuh PKB oleh Komite Islah yang dikomandani Lukman Edy dkk masih menemui jalan gelap. Ketua PB NU Saifullah Yusuf mengusulkan, penyatuan kubu-kubu yang terbelah selama ini cukup ditempuh lewat jalur kultural.
''Sebenarnya tidak perlu sampai lewat kongres atau muktamar. Masih bisa dengan musyawarah dan istikharah,'' ujar Saiful kemarin (13/6). Dia yakin, jalur kultural bisa lebih efektif sebagai pijakan untuk menyelesaikan kebuntuan proses rekonsiliasi hingga saat ini.
Dengan cara tersebut, Gus Ipul -sapaan akrab Saifullah Yusuf- mengharapkan semua pihak tidak akan lagi menggunakan pijakan mempertahankan atau memperebutkan jabatan sebagai landasan islah. ''Sebab, syarat islah, semua harus mau mundur selangkah, lepaskan baju,'' tandas mantan Sekjen DPP PKB itu.
Dia lantas memaparkan alasan pihaknya pesimistis terhadap langkah Komite Islah. Termasuk, bisa terlaksananya muktamar akbar yang menjadi konsep utama komite tersebut.
Saiful melihat, masih ada kesan bahwa salah satu pihak akan ditinggalkan. ''Kalau mau islah, itu ya jangan ada yang ditinggal. Kalau ada yang ditinggal, itu berarti tidak islah. Nah, kelihatannya Pak Muhaimin (Muhaimin Iskandar, Red) kan tidak ikut. Itu berarti kan ditinggal,'' bebernya.
Padahal, menurut dia, posisi Muhaimin sangat strategis. Secara de jure juga de facto, kubu Muhaimin yang lahir dari MLB Ancol yang memegang ''STNK''-nya PKB. Karena itu, gerakan rekonsiliasi atau semacamnya seyogianya harus diawali dari Muhaimin sebagai ketua umum tanfidz DPP PKB.
Pihak yang mengumpulkan seluruh elemen untuk bersatu juga, mau tidak mau, harus dari Muhaimin. ''Sekarang ini seakan dorongan islah hanya bertepuk sebelah tangan,'' imbuhnya.
Pada 10 Juni lalu, Komite Islah mengumpulkan para kiai deklarator PKB dan PKNU di Kantor PW NU Jatim, Surabaya. Di antaranya, KH Muchit Muzadi dan KH Zainuddin Jazuli. Namun, pertemuan deklarasi komitmen islah itu tidak lengkap karena tanpa kehadiran kubu Muhaimin. (dyn/c4)
No comments:
Post a Comment