Jakarta, NU Online :Mantan Ketua Umum PP GP Ansor Slamet Effendy Yusuf yang maju dalam bursa kandidat ketua umum PBNU menyatakan dirinya memahami posisi khittah NU dan tidak akan membawa NU ke dalam kepentingan partai politik tertentu.
Hal ini disampaikannya terkait aktivitasnya di Golkar selama beberapa tahun terakhir. Menurutnya, pengalaman dalam berpolitik justru membuatnya dapat mudah membedakan partai politik dengan sebuah organisasi keagamaan seperti NU.
”Saya sangat memahami keraguan itu (soal keterkaitannnya dengan dunia politik, red). Tetapi, di sisi lain, saya sangat faham posisi NU setelah kembali ke khittah,” katanya di Jakarta, Rabu (20/1).
Menurutnya, Khittah NU menitahkan organisasi besutan ulama ini untuk terfokus pada tugas pokoknya sebagai jam'iyah diniyah atau organisasi keagamaan yang menekuni program pendidikan, dakwah, sosial, pengembangan SDM, dan ekonomi.
Dalam pokok-pokok pikiran yang disampaikannya kepada wartawan beberapa waktu lalu Slamet mengingatkan bahwa NU harus mempunyai prioritas program. Menurutnya, ada empat program yang perlu menjadi prioritas dalam lima tahun ke depan yakni peningkatan kualitas pendidikan, peningkatan pelayanan kesehatan, pendayagunaan potensi ekonomi warga, serta program pengkaderan dan penguatan jaringan NU.
”NU harus istiqamah dalam menjalani perannya sebagai organisasi sosial keagamaan, serta tidak tergoda untuk menjalani peran di luar kodrat dan maqamnya. NU tidak boleh dibawa ke dalam politik kepentingan yang sempit, NU tidak boleh diarahkan hanya menjadi pendukung partai politik tertentu. NU harus menjadi rumah bersama warganya yang beramal dan berkiprah di berbagai ladang,” demikian Slamet.
Menurutnya, warga NU sebagai bagian dari warga negara Indonesia boleh bergabung dalam partai-partai politik yang ada, namun secara kelembagaan NU harus netral. Jika terpilih sebagai ketua umum dirinya memastikan tidak akan membawa NU secara kelembagaan dalam pusaran politik praktis.
”Sebagai orang yang sudah sangat lama bergelut dalam politik praktis, saya memang harus melakukan perubahan dalam dalam cara memandang banyak soal. Itu tidak terlalu sulit, karena saya pernah cukup lama dulu bergerak di lingkungan NU, termasuk ketika NU sedang menata diri Kembali ke Khittah. Saya justru ingin menggunakan pengalaman saya sebagai nilai tambah buat makin membuat peran NU lebih bermakna,” ujarnya optimis. (nam)
No comments:
Post a Comment