JAKARTA - Internal DPP PKB tidak satu suara menyambut seruan islah dari Gus Mus dan KH Muchit Muzadi. Bila Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar memasang harga mati semua pihak harus mengakui kepengurusannya, Sekjen Lukman Edy siap melakukan islah tanpa syarat.
"Kami sepenuhnya sami'na wa atho'na tanpa syarat," tegas Lukman Edy saat dihubungi kemarin (11/1). Menurut dia, sikap tersebut semata-mata dimaksudkan untuk menyelamatkan alat perjuangan politik NU yang eksistensinya saat ini terancam.
Selain itu, sikap tersebut telah menjadi cerminan salah satu poin penting dalam surat yang dikirimkan Gus Mus dan Kiai Muchit ke beberapa pihak. Yaitu, agar semua pihak mau merapatkan barisan. Kepentingan dan emosi pribadi atau kelompok yang dapat menghalangi atau mengganggu upaya rekonsiliasi harus dikesampingkan dulu. "Di sini pentingnya membuka diri," kata mantan menteri negara pembangunan daerah tertinggal itu.
Lukman lantas meminta seluruh aktivis, teman-teman, dan sahabat-sahabat juga mengikuti imbauan kedua kiai berpengaruh di NU itu. Pihak-pihak pemangku kepentingan yang ada di PKB maupun lembaga politik NU secara umum diharapkan taat secara total.
"Siapa lagi yang kita ikuti kalau tidak beliau-beliau yang merupakan deklarator PKB yang masih tersisa ini," tandasnya. Gus Mus dan Kiai Muchit, penggagas rekonsiliasi, itu adalah deklarator saat PKB didirikan pada 23 Juli 1998.
Perbedaan sikap Lukman dengan Muhaimin menyangkut wacana islah itu sebenarnya tergambar jauh-jauh hari sebelumnya. Terutama, sejak dia lebih memilih ikut menyukseskan rapat konsultasi nasional (Rakonnas) Dewan Syura PKB pada awal Desember 2008. Padahal, dalam waktu bersamaan, juga diadakan silaturahmi nasional (silatnas) yang dilaksanakan dewan tanfidz.
Seperti diberitakan, satu di antara tiga poin hasil rakonnas tersebut adalah rekonsiliasi secara menyeluruh dengan berbagai komponen dan stakeholder. "Kalau masih bersyarat, tentu susah islah bisa mencakup keseluruhan," tambah Lukman.
Hingga saat ini, meski juga membuka pintu islah, Muhaimin tetap bersikukuh bahwa konsep islah itu harus bersandar pada hasil muktamar luar biasa (MLB) Ancol. Kepemimpinan tetap berada pada Azis Mansyur sebagai ketua dewan syura dan dirinya sebagai ketua umum dewan tanfidz. Sikap itu jelas-jelas ditolak kubu PKB hasil MLB Parung yang dimotori Yenny Wahid.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) Choirul Anam berharap rencana tersebut bisa fokus pada pemulihan nama besar PKB. Yakni, menyatukan kubu PKB Parung dan PKB Ancol pasca meninggalnya Abdurrahman Wahid (Gus Dur). ''Kalau memang para sesepuh ada wacana untuk menyatukan kembali PKB, itu bagus. Berarti mereka peduli dengan partai yang didirikannya dahulu,'' ujarnya.
Apakah PKNU juga siap terlibat dalam rekonsiliasi? ''PKB harus diselesaikan terlebih dahulu, baru mengurus yang lain. Karena partai yang berisi warga NU itu banyak sekali, tidak bisa begitu saja diminta kembali menyatu,'' paparnya. (dyn/dim/tof)
No comments:
Post a Comment