Friday, January 8, 2010

Peziarah terus berdatangan ke makam KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang

Jombang, Peziarah terus berdatangan ke makam KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di komplek Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Namun lagi-lagi para peziarah itu berbuat ‘nyleneh’.

Mereka berebut mengambil bunga yang ada diatas pusara Gus Dur. Alasannya, bunga yang menumpuk di makam itu akan dijadikan obat. Apalagi, saat ini bertepatan dengan hari Jumat Legi (8/1). Demikian seperti dikutip dari situs beritajatim.com.

Padahal makam mantan presiden RI itu sudah diberi pembatas yang terbuat dari tali. Namun begitu petugas keamanan pesantren lengah, mereka langsung menerobos pembatas makam. Selanjutnya, peziarah menjumput bunga untuk dibawa pulang. Maklum, gundukan tanah di pusara Gus Dur sudah tidak terlihat lagi. Sebab, tanah itu sudah tertutup dengan timbunan bunga.

Awalnya, para peziarah itu berdoa di luar pagar pembatas. Mereka memanjatkan doa dengan khusuk. Namun ketika empat orang santri pesantren Tebuireng yang bertugas menjaga makam lengah, mereka langsung masuk area makam. Praktis, para penjaga makam itu hanya mampu melihat. Mereka kuwalahan untuk melarang.

Lantas sejumlah peziarah berebut mengambil bunga tanpa ada yang menghalangi. Peziarah yang mengambil bunga itu rata-rata ibu-ibu. “Selain saya pergunakan sendiri, bunga itu juga untuk teman saya satu rombongan. Bunga ini akan saya gunakan obat,” kata perempuan berjilbab yang mengaku berasal dari Probolinggo.

Aksi ‘curi’ bunga di pusara Gus Dur itu baru berhenti setelah ketua keamanan pesantren Tebuireng, Zaenal Abidin, masuk ke areal makam. Ia meminta agar peziarah menghentikan tindakannya yang menjurus ke arah musyrik. “Seluruh peziarah saya minta keluar dari pagar pembatas,” kata Zaenal.

Agar kejadian serupa tak terulang, penjagaan makam mantan Ketua PBNU ini diperketat. Caranya, jumlah petugas keamanan pesantren yang berjaga di makam ditambah. Hingga hari kesepuluh pasca pemakaman Gus Dur, ribuan peziarah masih memadati Tebuireng. Peziarah tidak menghiraukan hujan atau risiko berdesakan dengan sesama peziarah. (sa

No comments: