Saturday, September 18, 2010

Delapan Anak Terancam Buta Karena Pistol Mainan

JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kemarin (18/9) memperingatkan para orang tua agar mewaspadai anak-anaknya jika ada yang bermain-main dengan pistol mainan. Pistol mainan itu didesain mirip pistol betulan dan berpeluru bulatan plastik.

Tapi, meski berpeluru plastik, sudah ada 20 anak yang menjadi korban dan harus dibawa ke rumah sakit. Bahkan, delapan anak di antaranya terancam buta permanen karena peluru plastik itu mengenai matanya. Peristiwa tersebut terjadi di Sumatera Barat (Sumbar). Menurut data yang dihimpun Padang Ekspres (Jawa Pos Group), 20 anak itu (termasuk delapan anak yang terancam buta) hingga kemarin masih dirawat di rumah sakit.

Yakni di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP M. Djamil Padang, Sumbar. Delapan pasien tersebut adalah enam warga Kota Padang, seorang pasien dari Kota Solok, dan seorang lagi dari Pesisir Selatan.

''Banyaknya korban tahun ini hampir sama dengan jumlah korban sepuluh tahun lalu. Saya masih ingat pada 2000, jumlah pasien mencapai 24 orang. Kondisi ini sangat menyedihkan karena mengancam masa depan anak-anak. Mereka terancam mengalami kebutaan,'' ujar Kepala Staf Medis Fungsional (SMF) Mata dr Ardizal Rahman SpM(K) kepada Padang Ekspres di ruang kerjanya kemarin.

Mengapa bisa terancam buta? Ardizal menjelaskan, kebutaan bisa terjadi karena peluru yang ditembakkan dari pistol mainan tersebut mengenai bola mata. Hal itu mengakibatkan perdarahan hebat pada mata. ''Kebutaan bisa terjadi karena kornea mata pecah, sehingga bola mata rusak dan tidak berfungsi lagi,'' ungkapnya.

''Selain di Padang, peristiwa lain terjadi di Cengkareng, Jakarta,'' jelas Ketua KPAI Hadi Supeno di Jakarta kemarin (18/9).

Karena itu, komisi meminta pihak terkait melakukan tindakan untuk melindungi anak dari mainan yang berbahaya bagi keselamatan tersebut. KPAI meminta Kementerian Perindustrian segera mengeluarkan regulasi standardisasi produk mainan anak disertai mekanisme pengawasan peredaran produk di masyarakat. ''Selama ini tidak ada pengawasan sama sekali terhadap materi produk mainan anak,'' tegasnya.

KPAI juga mengirimkan surat kepada bea dan cukai agar selektif dalam meloloskan jenis mainan anak impor. Jangan sampai mainan berbahan berbahaya dan efeknya membahayakan seperti pistol replika itu lolos dari pengawasan serta beredar bebas di pasar Indonesia.

Menurut Hadi, peredaran pistol yang memang didesain memiliki kemiripan 80 persen dengan senjata asli itu harus mendapat perhatian dari kepolisian. Dia berharap dalam waktu dekat Polri merekomendasikan razia mainan yang berpotensi disalahgunakan untuk aksi kriminalitas itu.

''Razia seluruh mainan anak yang beredar di masyarakat. Tarik jenis mainan yang berbahaya bagi keselamatan anak seperti mainan senapan, pisau, atau berbagai jenis senjata tiruan lainnya,'' ujarnya.(jawapos)

No comments: