Jakarta, NU Online
Bagi Nahdlatul Ulama (NU), penentuan awal bulan itu harus didahului dengan ru’yatul hilal bil fi’li, yaitu pengamatan bulan secara langsung di lapangan. Hasil rukyatul hilal ini kemudian akan dilaporkan dalam sidang itsbat Kementerian Agama RI.
“Pengertian rukyatul hilal itu bukan berarti hilal ada atau tidak ada, melainkan hilal itu terlihat atau tidak. Para ahli hisab Lajnah Falakiyah PBNU jauh-jauh hari sudah bisa memprediksi posisi hilal, tapi penentuan awal bulan berdasarkan hadits shahih Bukhari-Muslim harus didahului dengan rukyat,” kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dihubungi NU Online di Jakarta, Selasa (7/9).
Ditanya mengenai kemungkinan terjadinya perbedaan hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1431 H, Said menyatakan, kemungkinan tidak akan terjadi perbedaan. Diperkirakan umat Islam di Indonesia akan menjalani puasa selama 30 hari dan berarti Idul Fitri jatuh pada 10 September 2010.
“Sementara informasi yang kami terima dari Lajnah Falakiyah PBNU dan para ahli astronomi kemungkinan tidak ada perbedaan, dan akan kita lihat nanti dalam rukyatul hilal. Tapi, kalaupun terjadi perbedaan maka perbedaan itu hal biasa. Karena masing-masing berdasar pada kriteria yang dianut,” ujarnya.
Ditambahkan, perbedaan juga sering terjadi antar negara-negara di Timur Tengah, yang jaraknya berdekatan. Misalnya antara Yaman dengan Mesir, Saudi Arabia dengan Yordan. “Jadi, perbedaan itu biasa saja dan tidak usah dibesar-besarkan,” tutur alumni Ummul Qura Makkah ini. (nam)
No comments:
Post a Comment