Friday, September 17, 2010

Mantan TKI yang Sukses Membangun Usaha Sendiri

Sumber radar Jember

Bisa Kuliahkan Anak dari Usaha Konveksi

Tak selamanya bekerja di luar negeri menjadi TKW terasa enak. Justru beberapa mantan TKW mengaku merasa enjoy dan bisa bangkit dari keterpurukan dengan cara berusaha sendiri. Ini pula yang dilakukan Nurhamimah dan Ulfa Ulfiah, mantan TKW asal Jember.

NARTO, Jember

---

Nurhamimah, 44, warga Dusun Kasiyan, Desa Serut, Kecamatan Panti Jember jadi salah satu potret mantan TKI yang cukup sukses. Perempuan kelahiran 1 Juni 1965 itu berhasil membangun usaha konveksi. Dari usahanya tersebut, dia bisa menyekolahkan putri sulungnya Ika Erwamati hingga mengenyam pendidikan tinggi.

Istri Supriyadi itu kian menggeluti bisnis konveksi setelah mendapatkan modal dari kerja sebagai TKW (tenaga kerja wanita). Dua kali, Nurhamimah berangkat ke Timur Tengah untuk mengais rezeki. Pertama sebagai TKW sektor nonformal sebagai pembantu rumah tangga. Yang kedua berangkat lagi ke Timur Tengah bekerja sebagai tenaga penjahit.

Berbekal pengalaman dari menjahit pakaian di Timur Tengah itulah, Nurhamimah tergerak untuk membuka usaha industri rumah tangga konveksi sendiri di tanah air. Meski omzet belum besar, Nurhamimah terus mengembangkan usaha konveksinya. Jika semula hanya digeluti sendiri, kini dia mulai mempekerjakan beberapa orang.

Nurhamimah menjelaskan, dalam satu hari, dia mampu membuat tiga pakaian jadi. "Sehari sudah bisa tiga baju dengan nilai jual sekitar Rp 360 ribu sampai Rp 500 ribu," ujarnya. Jika ramai, penjualan akan lebih tinggi lagi. Jika dibantu beberapa tenaga penjahit bisa menghasilkan pakaian lebih banyak lagi. Dengan pendapatan sebesar itu, dalam satu bulan, Nurhamimah bisa mengumpulkan pendapatan Rp 10,8 juta sampai Rp 15 juta.

"Kalau banyak pesanan, saya minta bantuan beberapa penjahit lagi," ujar ibu dua anak ini. Dia mengaku, usaha konveksinya banyak mengandalkan pesanan dari lingkungan sekitarnya. Paling banyak dari lembaga pendidikan atau dari perkumpulan perempuan di sekitar rumahnya.

Keterampilan menjahit Nurhamimah hanya didapat dari kursus menjahit beberapa tahun setelah dirinya lulus SD. "Usai lulus SD, saya kursus menjahit. Ternyata kursus menjahit ini yang jadi modal untuk mengembangkan usaha konveksi," ujarnya. Usai lulus kursus, Nurhamimah tidak bisa langsung membangun usaha konveksi lantaran belum cukup dana untuk menjalankan usahanya.

Hingga akhirnya, dia memberanikan diri menjadi TKW ke Timur Tengah untuk mencari modal. Dua tahun jadi TKW belum cukup bagi dia untuk mengumpulkan modal. Baru tiga tahun berikutnya, modal dirasa memadai untuk membangun usaha konveksi. Kini, usaha konveksi Nurhamimah sudah bisa untuk menopang dan menghidupi keluarga, sekaligus menyekolahkan anaknya.

Kini Nurhamimah bermimpi bisa mengembangkan usahanya lebih besar lagi. "Saya ingin usahanya lebih besar," ujarnya. Nurhamimah ingin mengembangkan usaha konveksinya ke luar daerah. Meski omzetnya belum terlalu besar, dia ingin mengembangkan pasar hingga ke luar kota.

Bermodal belajar otodidak, Nurhamimah berusaha mengikuti trend fashion terkini. Ini terasa lebih mudah karena Nurhamimah ternyata cukup memiliki insting dalam hal fashion. "Hanya melihat contohnya, saya bisa mengembangkan menjadi pakaian lebih trendi," ujarnya. Hanya saja, kini dia hanya menekuni busana untuk kalangan perempuan saja.

Untuk usaha konveksinya, Nurhamimah menggunakan salah satu ruang rumahnya. Dia berkeinginan punya bangunan sendiri untuk mengembangkan usaha konveksinya.

Nurhamimah hanya satu dari sekian banyak mantan TKW yang cukup sukses membangun usaha sendiri. Masih ada Ulfa Ulfiah, mantan TKW dari Watu Kebo, Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu.

Setelah tidak sukses menjadi TKW, Ulfa balik ke Jember untuk membangun usaha kecil-kecilan hingga bisa mandiri. Kini, Ulfa mengelola toko pracangan di Ambulu.

"Saya sekarang membuka usaha pracangan. Menyediakan kebutuhan sehari-hari," kata Ulfa. Setiap pagi, Ulfa membuka toko pracangan di pasar yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Meski tidak besar, kini Ulfa mengaku lebih enjoy mengelola usaha sendiri.

Tidak seperti saat menjadi TKW di Riyad, Arab Saudi. Apalagi, Ulfa punya pengalaman tidak enak saat menjadi pembantu rumah tangga di Arab Saudi. Dia harus bekerja mulai jam 5 pagi sampai jam 12 malam. Mulai dari memasak, mencuci, ngepel sampai harus menjaga nenek majikan.

Dengan pengalaman yang kurang mengenakkan tersebut, Ulfa tidak lagi memiliki minat bekerja ke luar negeri. "Saya ingin membangun usaha sendiri," ungkapnya. (*)

2 comments:

Anonymous said...

sungguh luar biasa perjuangan seorang Pahlawan devis..!!!!!

zalinah aruf said...
This comment has been removed by a blog administrator.