JEMBER - Sebanyak 75 rumah warga di Dusun Kraton, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, kemarin terendam banjir. Ketinggian air hingga mencapai 1,5 meter dan tercatat ada 9 hektare ladang dan sawah milik warga yang kebanjiran.
Tanda-tanda akan terjadi banjir sebenarnya sudah dirasakan warga sejak Senin (19/4). Sekitar pukul 21.00, daerah Dusun Kraton sempat diguyur hujan disertai angin kencang.
Hujan sempat sedikit mereda dan hanya gerimis menjelang subuh. Namun hujan kembali turun sekitar pukul 06.00 hingga siang harinya. "Tempat itu memang paling sering terkena banjir. Jika di Desa Andong dan Desa Curahnongko hujan turun dengan lebat, sudah pasti kita yang kena imbas," ujar Widyaka, Camat Tempurejo.
Dikatakan, banjir yang melanda Dusun Kraton tersebut tidak terlalu parah bila dibandingkan yang terjadi tahun-tahun sebelumnya. Meski begitu, pihaknya masih terus melakukan pemantauan intensif bersama perangkat desa. "Air ini bisa surut dan masih bisa juga naik jika hujan tak kunjung berhenti," jelasnya.
Dikatakan, sekitar pukul 10.00, warga yang berusia tua dan menderita sakit terpaksa harus dievakuasi tim yang tergabung dalam Forum Peduli Bencana Indonesia (FPBI) dengan menggunakan batang pisang yang sudah dirangkai menjadi rakit.
"Sekitar enam kepala keluarga (kk) harus kami evakuasi. Yang masih sehat, kami bawa ke rumah Pak RT. Mereka yang sakit langsung dibawa ke balai desa setempat untuk mendapatkan pertolongan pertama dari tim medis Puskesmas Curahnongko," ujarnya.
Menurut Ketua RT 07 RW 03 Dusun Kraton, Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo, warga terlihat panik ketika air semakin tinggi menginjak pukul 07.00. "Warga RT 07 RW 03 yang tinggal di satu kawasan, langsung mengamankan barang-barang berharga di tempat yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ini karena banjir memang jadi langganan tiap tahunnya. Jadi kami sudah siap sedia bila ada banjir," paparnya.
Solikhin menambahkan, kondisi tanah yang cukup landai, membuat banjir yang melanda tidak merata. Maka tak heran bila daerah bagian ujung desa yang sudah pasti diterjang banjir. Sedangkan yang lokasinya terletak di pinggir jalan desa, relatif lebih aman, karena banjir hanya menyentuh teras rumah warga.
Dijelaskan, ketinggian air yang melanda warga di ujung desa mencapai dada orang dewasa. Sedangkan tinggi banjir di pinggir jalan desa hanya selutut orang dewasa.
Diakui, selain ada 75 rumah yang terendam banjir, juga ada 9 hektare lahan ladang dan sawah milik warga yang ikut terendam. Selain itu, ada 1 kombong benih tembakau ludes tergenangi air bah.
Ditaksir, kerugian akibat banjir mencapai puluhan juta rupiah. "Kalau untuk kerugian memang sudah pasti kami kehilangan puluhan juta. Tapi ini warga-warga yang punya ternak juga belum menghitung berapa kerugian mereka. Biasanya, meski ternaknya bisa diselamatkan, penyakit pasca banjir bisa menyerang ternak," ungkapnya.
Menurut salah seorang warga yang rumahnya terendam banjir, Nur Hadi, banjir tersebut relatif masih aman dibandingkan banjir yang terjadi tahun sebelumnya. Sebab, saat banjir terjadi kemarin, dirinya masih bisa beraktivitas mencari rumput di desa seberang. "Ketika banjir terjadi, rata-rata memang warga sudah siap sedia. Untungnya lagi, ketika air mulai meninggi, sebagian besar anak-anak berada di sekolah," tandasnya. (fit)
No comments:
Post a Comment