GIANYAR - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara resmi menutup rangkaian rapat kerja (raker) atau retreat II di Istana Tampaksiring, Gianyar, Bali, Rabu kemarin (21/4). Raker tiga hari itu menghasilkan sejumlah keputusan penting yang intinya meminta menteri dan gubernur makin prorakyat. Terutama menyangkut penanganan masalah sosial dan ekonomi di tingkat nasional dan daerah.
Presiden SBY menyampaikan pidato penutupan pukul 09.00. Dia menyimpulkan, pembahasan retreat selama tiga hari itu sesuai dengan tujuan yang ditargetkan. ''Yang Saudara sampaikan cukup objektif, terbuka, kritis, guna menemukan solusi dan langkah-langkah perbaikan. Dan, itulah makna yang paling penting dari pertemuan ini,'' urai SBY dalam sambutannya.
Sejumlah poin penting dihasilkan dari retreat II tersebut. Di sektor pembangunan ekonomi dan dunia usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi kesepakatan pokja. Indikasinya, pendapatan per kapita penduduk juga harus dinaikkan ke angka yang signifikan. Yakni, dari yang saat ini sekitar USD 2.271 ditargetkan menjadi di atas USD 4.000 pada 2014.
Pokja program prorakyat mendesak agar penyederhanaan prosedur dan mekanisme pengucuran kredit melalui kredit usaha rakyat (KUR) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri harus segera dilakukan. Mengingat, dua program yang saat ini dinilai tersendat itu menjadi andalan pemerintah untuk mengentas kemiskinan. Terhadap hal itu, Presiden SBY bahkan secara khusus mengundang Dirut tiga bank pemerintah (Dirut Bank Mandiri, BNI, dan BRI) sebagai penopang utama program KUR.
Terhadap populasi anak jalanan di Indonesia yang saat ini 232 ribu orang, sejumlah kementerian di bidang sosial juga diharapkan mampu menangani persoalan kaum marginal itu. Targetnya, sepanjang 2010, pemerintah akan mampu menangani sedikitnya 15 ribu anak jalanan di seluruh Indonesia dan 50 ribu lagi pada 2011.
Kendati tiga di antara tujuh goals yang ditargetkan Millennium Development Goals (MDGs) diperkirakan gagal tercapai, raker menyepakati untuk memperkecil angka-angka kegagalan. Di antaranya, jumlah angka kematian ibu (AKI) melahirkan yang ditargetkan berada di bawah 110 per 100 ribu kelahiran dan penanganan kasus virus HIV/AIDS yang terus merambah.
Dari hasil capaian target MDGs nasional per 2010, empat di antara delapan goals dinyatakan dalam kondisi on track alias menembus target. Dari capaian target tersebut, Bali mengklaim sebagian besar di atas rata-rata nasional. Hanya, untuk menangani kasus penyebaran HIV/AIDS, Bali masih kewalahan.
Seperti diketahui, tiga di antara tujuh goals yang menjadi pembahasan pokok dalam pokja retreat II di Istana Tampaksiring dinyatakan dalam kondisi off track alias terancam gagal tercapai pada akhir 2015. Yakni, penurunan AKI melahirkan, penanganan HIV/AIDS, dan persoalan di sektor lingkungan.
Dari ketiga goals yang terancam gagal tersebut, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan hanya kesulitan terhadap penanganan HIV. Selebihnya, pihaknya mengklaim bakal tercapai secara sektoral. ''Sasaran MDGs 2015 banyak yang tercapai. Kematian ibu melahirkan di Bali hanya 71 per 100 ribu kelahiran. Padahal, target MDGs 110 per 100 ribu,'' sebut Pastika kemarin. (yog/jpnn/c4/agm)
No comments:
Post a Comment