Saturday, April 17, 2010

Selamat Jalan Gubernur Wong Cilik


Penggagas Jembatan Suramadu
Surabaya - Surya- Masyarakat Jatim berduka. Tokoh panutan dan mantan gubernur Jatim periode 1967-1976 yang juga penggagas Jembatan Suramadu, Haji Raden Panji Mohammad Noer, meninggal dunia, Jumat (16/4) pukul 08.50 WIB.
Tokoh kelahiran Sampang, Madura, itu meninggal dalam usia 92 tahun di Ruang ICU RS Darmo, Surabaya, setelah sejak 21 September 2009 menjalani perawatan. Pak Noer yang dikenang semasa kepemimpinannya di Jatim sebagai gubernur yang peduli orang kecil dan membuat wong cilik gumuyu itu, wafat karena kegagalan multiorgan bawaan usia yang sudah lanjut.

Anak ketiga almarhum, Prof dr M Sjaifudin Noer Sp B, mengatakan, sebelum meninggal, kondisi ayahnya sempat kritis selama beberapa hari. “Tepat pukul 08.50 WIB tadi tim dokter yang merawat menyatakan beliau meninggal dunia,” ujarnya di RS Darmo sesaat setelah wafatnya Pak Noer.

Sementara itu, Poeng Rahman, keponakan H.M. Noer, menjelaskan, sejak 21 September 2009, Pak Noer menjalani perawatan intensif di RS Darmo. “Sebenarnya Bapak tidak gerah (sakit) apa-apa, tetapi karena sudah sepuh (tua) saja,” kata Poeng Rahman yang menjadi Sekretaris Yayasan Asma Indonesia Cabang Jatim, yang ketuanya dijabat Pak Noer.

Selain sejumlah anak, menantu, cucu, dan cicitnya, tampak menyaksikan saat-saat terakhir Pak Noer adalah istri tercintanya, Mas Ayoe Siti Rachma, 89. Dengan duduk di kursi roda, wajah perempuan sepuh ini tampak sembab digelayuti rasa kesedihan ditinggal suami tercinta. Pak Noer meninggalkan seorang istri, 8 anak, 21 cucu, dan enam cicit.

Untuk memberi kesempatan kepada masyarakat menyampaikan penghormatan dan sesuai keinginan istri mendiang, jenazah almarhum baru akan dimakamkan di pemakaman keluarga di kawasan Kelurahan Rong Tengah, kawasan Somor Pompa, Kabupaten Sampang, Madura, Sabtu (17/4) ini. Apalagi, belum semua anak Pak Noer berada di Surabaya.

Bahkan menurut Sjarifuddin, dua anak mendiang, yakni Saifurrahman Noer masih berada di Seattle, Amerika Serikat, dan Akhiruddin Noer sedang menghadiri kongres tentang ginjal pada anak di Paris, Prancis.

Kabar wafatnya Pak Noer langsung tersebar cepat. Sejumlah pejabat tampak datang ke RS Darmo untuk menyampaikan penghormatan terakhir terhadap almarhum. Di antara yang sempat menjenguk mendiang di RS Darmo adalah Bupati Bangkalan Fuad Amin, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya (Bambang DH dan Arif Afandi). Sekitar pukul 10.30 WIB, jenazah kemudian dibawa ke rumah duka di Jalan Anwari 11, Surabaya untuk disemayamkan.

Di rumah duka, hampir semua pejabat dan tokoh masyarakat Jatim datang untuk melayat dan memberi penghormatan terakhir kepada almarhum. Pantuan Surya, sejumlah pejabat dan tokoh yang terlihat, antara lain, Gubernur Soekarwo, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Suwarno, Kapolda Jatim Irjen Pratiknyo, Kasgartap III Surabaya Brigjen (Mar) M Suwandi MT, mantan gubernur Jatim Basofi Soedirman dan Imam Utomo, Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Bukhori, Rektor Unair Prof Dr Fasich, dan Rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD, serta banyak yang lainnya – baik dari kalangan militer, ulama, ormas, organisasi sosial, maupun profesional. Para pelayat terus berdatangan hingga malam, termasuk Ketua MPR Taufiq Kiemas.

Setengah Tiang

Sebagai ungkapan bela sungkawa, Gubernur Jatim Soekarwo menginstruksikan pengibaran bendera Merah-Putih setengah tiang sebagai masa berkabung atas meninggalnya Pak Noer.

“Kami menginstruksikan semua instansi di jajaran Pemprov Jatim mengibarkan bendera setengah tiang selama dua hari, Jumat (16/4) ini dan Sabtu (17/4). Sedangkan, untuk instansi di pemerintahan kabupaten/kota sifatnya hanya imbauan,” katanya saat ditemui di rumah duka, Jalan Ir Anwari Nomor 11, Surabaya.

Menurut dia, pengibaran bendera setengah tiang itu juga sebagai tanda penghormatan terhadap almarhum Pak Noer yang semasa hidupnya banyak berjasa dalam pembangunan di Jatim.

“Beliau tokoh yang patut dihormati karena memiliki kepedulian yang tinggi terhadap rakyat kecil. Beliau itu membuat wong cilik gumuyu (rakyat kecil bergembira, red),” kata Soekarwo.

Hal senada diungkapkan HM Basofi Soedirman, mantan gubernur Jatim periode 1993-1998.

“Beliau dikenal sebagai orang yang rendah hati, membuat wong cilik gumuyu,” ujar Basofi.

Menurut Soekarwo, selama dua periode memerintah Jatim pada 1967-1976, Pak Noer mampu menjalin komunikasi dan koordinasi antara bawahan dan atasan. “Hubungan menyamping (ke jajaran Muspida), beliau juga baik,” kata Soekarwo.

Tidak hanya kalangan pejabat atau pembesar, kepergian Pak Noer yang pernah jadi Duta Besar RI untuk Prancis itu juga membuat masyarakat awam merasa kehilangan. Kemarin, ratusan warga dan santri menggelar salat gaib untuk Pak Noer di Masjid Raudlah Arrohmah, Kelurahan Mlajah, Kecamatan Kota, Kabupaten Bangkalan, Madura.

Ratusan warga itu tampak khusyuk saat mendoakan Pak Noer, yang pernah menjabat sebagai Bupati Bangkalan 1960-1965. Bahkan, ada salah satu jemaah yang meneteskan air mata karena tidak bisa menahan kesedihan.

Ketua Takmir Masjid Raudlah Arrohmah KH Imam Buchori Cholil mengatakan, pihaknya merasa kehilangan atas wafatnya HM Noer. “Sebab, beliau telah melakukan banyak hal untuk kemajuan masyarakat Bangkalan, Madura, dan Jawa Timur,” katanya.

“Beliau telah meletakkan dasar-dasar pemikiran inovatif untuk masyarakat Bangkalan pada khususnya, dan warga Jawa Timur pada umumnya,” tambah KH Imam.

Pengasuh pondok pesantren (Ponpes) Ibnu Cholil ini menjelaskan, salah satu pemikiran inovatif yang diberikan Pak Noer pada masyarakat, yakni menciptakan kerajinan `Tampar Palek` di Kecamatan Kokop, Bangkalan.

“Tampar Palek’ sendiri terbuat dari serat pohon yang biasa tumbuh di sekitar rumah warga. Hasil produksi kerajinan itu laku di daerah Bali dan masih ada hingga saat ini,” katanya.

Menurut KH Imam, adanya kerajinan `Tampar Palek` tersebut bisa mendorong maju ekonomi rakyat Bangkalan. Sedangkan pemikiran Pak Noer yang paling inovatif yakni sebagai penggagas Jembatan Suramadu.

Oleh karena itu, Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron pernah mengusulkan jalan akses sepanjang 11 kilometer di Kabupaten Bangkalan yang menuju Jembatan Suramadu dinamakan dengan Jalan HM Noer.

Sementara itu, persiapan pemakaman kemarin sudah dilakukan sejak siang, dengan beberapa orang petugas suruhan dari Pemkab Sampang melakukan pembersihan dan penggalian lokasi pemakaman.

Lokasi makam Pak Noer berdekatan dengan makan kedua orangtuanya, yakni ayahnya, M Atmodiwirjo dan ibundanya, RA Ernani Chondro Pratikto.

Kabag Humas Pemkab Sampang, Rudi Setiady mengatakan, pemakaman jenazah Pak Noer di kompleks pemakaman “Ghung Purba” Kelurahan Rong Tengah itu sesuai dengan pesan almarhum semasa masih hidup. Upacara pemakaman akan dilakukan secara militer.

“Selain karena mantan gubernur dan dikenal sebagai orang yang sangat berjasa di Jawa Timur, beliau juga mantan pejuang kemerdekaan RI,” kata Komandan Kodim 0826 Sampang Letkol (Inf) Sanuri Hadi di Sampang, Jumat (16/4) malam. Dalam kemiliteran, pangkat Pak Noer adalah kapten.

Upacara pemakaman akan dipimpin oleh Pangdam V/Brawijaya, Mayjend TNI Suwarno, dan rencananya juga akan dihadiri Gubernur Jatim, Kapolda Jatim, serta bupati se-Madura.

Dalam sebuah wawancara pada 1996, Pak Noer menceritakan pahit getirnya perjuangan melawan Belanda saat menjabat sebagai Wedana Arosbaya, Madura, pada 1947. Ia bergabung dengan pasukan gerilya, sehingga harus berpisah dengan keluarganya.

Saat itu, istrinya sedang hamil tua, mengandung anaknya yang ketiga. Bersama anaknya yang masih kecil-kecil, istri Pak Noer mengungsi ke luar kota Arosbaya, menuju Desa Karangduwak. Di desa ini, anak ketiganya dilahirkan.

Karena terdesak Belanda, kelompok gerilya Pak Noer memutuskan hijrah ke Jawa. Namun, untuk meninggalkan Madura saat itu tidak mudah karena laut di sekitar Madura dikuasai Belanda. Akhirnya ditemukan tempat penyeberangan terbaik, yaitu di muara sungai Desa Klampis. Dari desa inilah, 20 dari 22 perahu gerilyawan dapat mendarat dengan selamat di suatu pantai di Tuban.

“Demi membela nusa dan bangsa, kami harus rela berpisah dengan keluarga,” ungkap Pak Noer kala itu. n uji/ant

1 comment:

Anonymous said...

.... zZZZ....?