Thursday, April 29, 2010

Banjir Pancaroba, 2.116 Rumah di Jatim Terendam

;3 Tewas, Bojonegoro Parah
Surabaya-Surya- Akibat guyuran hujan pada Selasa (27/4) malam dan Rabu (28/4) pagi, setidaknya delapan daerah di Jatim diterjang banjir dan mengalami longsor, yang membuat sedikitnya 2.116 rumah jadi korban. Kondisi terparah menimpa Kabupaten Bojonegoro.

Sampai kemarin, akibat meluapnya Kali Ngaglik yang merupakan anak sungai Bengawan Solo, total jumlah rumah di Bojonegoro yang diterjang banjir bandang mencapai 1.738 buah. Kendati demikian, belum ada laporan tentang korban jiwa meskipun puluhan sapi dan kambing ternak diberitakan hanyut bersama banjir.

Sementara, di tujuh daerah lainnya (yakni Kabupaten Malang, Kab. Kediri, Blitar, Ponorogo, Pacitan, Sampang dan Sumenep), sedikitnya 398 rumah terendam air bah dan mengalami longsor. Selain menerjang rumah, banjir juga menggenangi area persawahan.

“Pendataan masih kami lakukan, belum ada data laporan korban jiwa pada kejadian itu,” kata Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Bojonegoro, Jhony Nurhariyanto, Rabu (28/4).

“Sejumlah sapi dan kambing milik warga hanyut terbawa air banjir bandang,” imbuhnya.

Banjir bandang di Bojonegoro terjadi akibat meluapnya Kali Ngaglik yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah pada Selasa (27/4) sekitar pukul 21.00 WIB setelah hujan yang berlangsung selama tiga jam.

Wilayah terparah kena banjir di Bojonegoro adalah Kecamatan Kasiman karena tujuh desanya terendam air dengan ketinggian mulai 0,5 meter hingga 1,5 meter. Sedangkan di Kecamatan Kadewan, hanya satu desa yang dilanda banjir. Akibat tergerus banjir itu, sebuah jembatan penting yang menghubungkan Kecamatan Kasiman dan Kadewan terputus.

“Untuk penghubung dua kecamatan harus dilakukan dengan cara berputar lewat pegunungan, karena jembatan di Desa Jintel, Kecamatan Kasiman, rusak tidak bisa dilewati kendaraan,” tutur Camat Kedewan, Herry Kiswanto.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro telah menurunkan tim ke lokasi banjir. Tempat pengungsian bagi warga juga telah dibangun di beberapa lokasi di Kecamatan Kedewan. Tim juga terus mendata jumlah rumah yang rusak berat, sedang dan ringan, termasuk yang hanyut agar bisa ditetapkan jumlah bantuan yang akan dibagikan kepada warga.

“Penanganan kami, sementara ini memberikan bantuan kebutuhan pokok (sembako) kepada warga korban banjir bandang,” kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro, Sutardjo, di sela-sela mengikuti kunjungan Wakil Bupati Setyo Hartono ke sejumlah desa korban banjir.

Bantuan sembako yang disalurkan tersebut berupa beras tiga ton, 200 dos mie instan, ratusan botol kecap.

Menurut Sutardjo, secara teknis pembagian sembako diserahkan kepada kantor kecamatan, dan selanjutnya membagikannya kepada para korban banjir. “Kami masih terus melakukan pendataan jumlah korban banjir bandang di wilayah Kedewan,” katanya.

Di Desa Tambakmerak, permukiman warga yang dilanda banjir bandang, tercatat sebanyak 532 rumah yang dihuni 2.128 jiwa. Banjir juga mengakibatkan lima rumah yang dihuni 27 jiwa hanyut dan 115 rumah mengalami rusak berat, mulai dinding jebol dan bangunan rumah longsor.

Sementara itu, banjir menerjang pula 433 rumah yang dihuni sebanyak 1.321 jiwa di Desa Ngaglik. Sedangkan di Desa Sidomukti, banjir bandang menerjang 192 rumah warga dan di Desa Batokan, banjir menerjang 590 rumah yang dihuni sekitar 2.000 jiwa.

Johny Nurhariyanto menyatakan, banjir bandang juga melanda pemukiman warga di Desa Betet, Besah dan Desa Kasiman, Kecamatan Kasiman. “Jumlah korbannya masih dalam pendataan,” katanya.

Di Kabupaten Blitar, banjir akibat hujan deras selama hampir lima jam pada Selasa (27/4) sore di wilayah itu memicu banjir bandang dan tanah longsor, yang menelan dua korban jiwa serta puluhan rumah rusak dan dua jembatan terputus.

Lima kecamatan yang diterjang banjir bandang yang mengalir dari lereng Gunung Kawi dan Gunung Kelud itu antara lain Kecamatan Wlingi, Gandusari, Talun, Binangun dan Selopuro.

Menurut keterangan Dari, 50, warga Dusun/Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, hujan deras yang turun sejak sekitar pukul 16.00 WIB menyebabkan sungai Bendorejo tidak bisa menampung air sehingga meluap dan mengalir kencang ke wilayah hilir.

“Menggenangi rumah warga, persawahan dan menerjang jembatan hingga ambrol dan nyaris putus,” ujar Dari, Rabu(28/4).

Kaki jembatan yang menghubungkan Dusun Duren dan Bendosewu tersebut ambrol diterjang derasnya air, hingga badan jembatan juga menganga terpisah dengan badan jalan.

“Oleh warga terpaksa ditutup, agar kendaraan roda empat tidak melintas. Dikhawatirkan bisa menimbulkan korban jika tak ditutup,” tutur Dari.

Sedangkan di Kecamatan Gandusari dan Wlingi, banjir yang memicu tanah longsor memakan 2 korban jiwa. Yakni Supriyanto, 40, dan Tomo Tambir, 73. Keduanya meninggal karena tertimbun longsoran tebing setinggi di atas 10 meter.

“Saat itu Supriyanto akan pulang dari kebun usai panen sayur pakis karena hujan deras. Tiba-tiba ketika melintasi tebing di perkebunan Kawisari, Gandusari, tebing itu longsor dan menimpanya,” cerita Suyanto.

Di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi, Tomo Tambir tewas tertimbun longsoran tebing di belakang rumahnya. Dikatakan Abtori, 40, saat itu hujan deras dan korban sedang berada di kandang kambing. Tiba-tiba tebing tidak kuat menahan gerusan air dan longsor menimpa korban. “Bahkan rumah Mbah Tomo yang terbuat dari kayu dan bambu, hancur rata dengan tanah. Dia ditemukan sekitar lima jam kemudian, tertimbun di kedalaman sekitar 3 meter dan sudah dalam kondisi tidak bernyawa,” paparnya.

Sementara itu, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Joko Sulistyo mengatakan, terjadinya banjir yang dipicu hujan deras di wilayah Bojonegoro dan beberapa daerah lain di Jatim dapat dimaklumi. Sebab, berdasar pantauan citra satelit, potensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang sampai lebat memang masih ada di Jatim.

“Makanya masyarakat harus waspada, terutama jika guyuran hujan terjadi terus-menerus selama beberapa jam,” tegasnya kepada Surya, Kamis (28/4).

Menurut Joko, meski saat ini masuk musim pancaroba (musim peralihan dari penghujan ke kemarau), peluang terjadinya hujan di langit wilayah Jatim masih cukup besar. Musim pancaroba akan berlangsung mulai April hingga Juni nanti, dengan kondisi yang berbeda antara daerah satu dengan lainnya.nst31/ais/fai/vie/wan/uji

No comments: