Makassar,Nahdlatul Ulama (NU) sebagai lembaga organisasi sosial harus independen dan tidak boleh bermain dalam wilayah politik apapun. Independen sebab telah kembali ke khittahnya sebagai lembaga yang mengedepankan paham ke-NU-an, kebangsaan dan kemasyarakatan.
Demikian dinyatakan Pengasuh pondok Pesantren Tebuireng Jombang Salahudin Wahid (Gus Sholah) ketika menjadi pembicara pada acara Konsolidasi Mensukseskan Muktamar ke-32 Nahdlatu Ulama dan Dialog Kandidat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Hotel Yasmin Makassar, Ahad (20/12).
“Saya sebagai manusia biasa tahu diri bahwa saya sudah berusia lanjut, yakni 67 tahun. Namun beberapa Kyai dari Ponpes Lirboyo, Ponpes Langitan, Ponpes Situbundo, Ponpes Jombang dan Ponpes Tebuireng mendatangi saya untuk menyatakan kesediaan saya sebagai Ketua Umum PBNU dengan alasan saya masih sehat bugar,” tutur Gus Sholah.
Menurut Gus Sholah, hal inilah yang menjadi dasar sehingga dirinya berkeyakinan maju dalam bursa pencalonan Ketua Umum PBNU pada acara Muktamar ke 32 yang akan dilaksanakan di Makassar bulan Maret tahun 2010 mendatang.
Beberapa pokok pemikiran yang disampaikan oleh Gus Solah antara lain bahwa NU kedepan sudah harus interaktif kedalam internal organisasi untuk perbaikan manajemen yang selama ini dirasa kurang, baik itu manajemen PBNU sendiri maupun ke Cabang-cabang yang ada diseluruh Indonesia.
Hadir dalam acara yang dilaksanakan oleh PCNU Makassar ini antara lain; Pengurus PBNU Andi Jamaro Dulung, Ketua Syuriah PWNU Sulawesi Selatan, Ketua Syuriah dan Tanfidziyah PCNU Makassar, dan Ketua-ketua PCNU dalam wilayah Sulawesi Selatan. (saz)
No comments:
Post a Comment