Sumber Jawapos :Minggu, 20 Desember 2009
SURABAYA - Keramaian yang tidak lazim terjadi di kompleks makam Rangkah kemarin. Puluhan warga berdesakan di salah sudut makam di RT 4 RW 12 tersebut.
Mereka tidak hendak berziarah atau mengantar jenazah. Melainkan, melihat dari dekat Yenny Wahid yang datang mengunjungi Bunga Mutmainah, 5, balita tunarungu dan tunabicara yang menderita gizi buruk serta jantung bocor.
Putri Gus Dur itu datang bersama suaminya, Dohir Farisi, anggota DPR dari Partai Gerindra. Ada juga Ketua DPC PKB Surabaya Versi Gus Dur Ali Burhan serta bacawali independen Eddy Gunawan Santoso.
Tanpa canggung, Yenny menggendong dan mengajak bercanda Bunga. Bocah lucu tersebut diam saja. Bola matanya tampak mengamati wajah Yenny. Melihat Yenny asyik menggendong Bunga, Faris tampak penasaran. Dia juga ingin menggendong Bunga. Namun, begitu digendong, tangis Bunga langsung meledak. Entah kenapa, dia seperti ogah digendong Faris.
Politikus asal Probolinggo tersebut mencoba menenangkan Bunga, tapi tidak berhasil. Tangis Bunga malah makin keras. Beberapa warga yang melihat peristiwa itu langsung tertawa. ''Ealah Bung, digendong mantune Gus Dur kok gak gelem,'' celetuk seorang ibu. Akhirnya, Bunga digendong kembali oleh ibunya, Riyani.
Kedatangan rombongan Yenny itu membuat Riyani terharu. Tak henti-henti dia meneteskan air mata bahagia. Isaknya makin menjadi ketika pasangan muda tersebut memberikan bantuan berupa bingkisan dan uang tunai. ''Terima kasih. Saya tidak bisa membalas apa-apa. Semoga bantuan ini bermanfaat dan bisa membuat Bunga lebih baik,'' ujar Yani, sapaan Riyani, lantas mencium kening putri ketiganya itu.
Yani juga menceritakan kondisi keluarganya yang serbaminim. Makanan bergizi untuk Bunga saja selama ini masih dibantu puskesmas yang rutin memberinya biskuit dan susu. ''Kalau untuk berobat, saya tidak tahu bisa dapat uang dari mana. Saya juga tidak tahu apakah jantung Bunga bisa ditambal supaya tidak lagi bocor,'' ungkapnya polos.
Bunga merupakan anak ketiga pasangan berusia 30 tahun itu. Menurut pengakuan Riyani, bocah kelahiran 4 Mei 2004 tersebut lahir normal. Namun, batuk dan pilek yang menyerang pada 2006 membuat Bunga tidak berdaya. Dia harus diperiksa secara intensif di RS Adi Husada Kapasan. ''Dari rumah sakit itulah saya tahu bahwa jantung Bunga bocor,'' jelasnya.
Namun, Riyani tidak bisa berbuat banyak karena keuangan keluarga pas-pasan. Dia hanya bisa berkonsultasi dengan ahli gizi RS Soewandhi tanpa ada penanganan medis secara berkala. ''Mungkin karena penyakitnya itu yang membuat pertumbuhan Bunga terlambat. Berbeda dari adiknya Tirta, 3, yang memiliki fisik lebih besar daripada kakaknya,'' terangnya.
Yenny menyatakan sangat prihatin mendengar kisah Riyani. ''Mengapa di kota sebesar Surabaya masih ada yang seperti ini?'' ucap pemilik nama lengkap Zannuba Arifah Chafsoh itu.
Dia juga heran karena di kota ini masih banyak kasus balita gizi buruk. ''Padahal, Surabaya adalah kota terbesar kedua setelah Jakarta,'' ujarnya.
Dia merasa aneh lantaran gizi buruk bukanlah masalah yang tidak bisa diatasi. Menurut dia, kuncinya ada pada komitmen pemkot. Karena itu, Yenny mendesak agar pemkot mengalokasikan anggaran khusus bagi warga kurang mampu yang memiliki masalah kesehatan.
''Masalah ini harus segera diatasi. Jangan sampai berlarut-larut dan memakan korban jiwa,'' tutur perempuan kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974, tersebut. (dim/oni)
No comments:
Post a Comment