Sunday, December 27, 2009

Peringatan Lima Tahun Tsunami Momentum Untuk Bangkit


BANDA ACEH - Puncak peringatan lima tahun tsunami kemarin (26/12) berlangsung di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. Wakil Presiden Boediono memimpin peringatan itu. Kesempatan itu merupakan kunjungan pertama Boediono di Tanah Rencong tersebut.

Wapres mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Banda Aceh, dengan pesawat khusus pukul 08.30. Selanjutnya, Wapres berziarah ke kuburan masal di Lambaro, Aceh Besar, untuk berdoa bagi 40 ribu korban tsunami yang dimakamkan di areal tersebut.

Dalam rombongan Wapres tampak Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar, Wakil Ketua MPR Farhan Hamid, dan mantan Kepala BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias) yang kini menjabat Kepala UKP4 (Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan) Kuntoro Mangkusubroto. Mereka disambut Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Wakil Gubernur M. Nazar.

Sayang, kedatangan Wapres tercederai oleh ulah berlebihan polisi dan petugas keamanan. Mereka mengusir warga yang ingin mendengarkan langsung pesan Wapres dari tepi pantai. Padahal, jarak mereka dari tempat Wapres berpidato sekitar 80 meter.

''Kami ingin menyaksikan wakil presiden, masak tidak boleh. Dari dekat tidak boleh, dari luar area juga nggak boleh,'' gerutu seorang warga.

Penjagaan di sekitar Pelabuhan Ulee Lheue sangat ketat. Sejak Jumat siang (25/12) kawasan itu disterilkan dari lalu lintas dan publik. Gerbang pelabuhan ditutup.

Sebelumnya, ratusan warga juga dilarang memasuki area kuburan masal di Lambaro, Aceh Besar. Polisi melarang warga masuk lokasi kuburan masal pukul 08.00 hingga 10.30 WIB karena bertepatan dengan jadwal ziarah Wapres.

''Kami terpaksa pulang dan kembali lagi ke sini untuk berdoa sore nanti (kemarin sore, Red),'' ujar Hendrik, yang datang bersama tiga saudaranya ke kuburan masal Lambaro, kepada Rakyat Aceh (Jawa Pos Group). Hendrik kehilangan ayah, ibu, dan seorang saudara laki-laki dalam musibah tsunami lima tahun lalu.

Setelah Wapres berziarah, keluarga korban tsunami memasuki kuburan masal. Tangis mereka pecah. Doa, zikir, dan surat Yasin dikumandangkan tanpa henti di kuburan tanpa pusara tersebut.

Dalam pidato, Wapres mengharapkan hasil rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh beberapa tahun ini dijadikan kesempatan untuk lebih maju. Kepada warga Aceh, Boediono juga berpesan agar peringatan itu digunakan sebagai momentum untuk bangkit. ''Ini modal yang tepat untuk bangkit kembali,'' katanya.

Wapres menilai, rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh berlangsung jauh lebih cepat daripada perkiraan karena semangat dan ketahanan warganya. ''Apabila disertai tekad kuat untuk mewujudkan, saya yakin, semua tujuan bakal tercapai,'' ujarnya. Dalam pidatonya, Wapres juga beberapa kali menyitir ayat-ayat dalam Alquran yang menasihatkan manusia untuk pantang menyerah.

Mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu menambahkan, rakyat Aceh harus mengelola apa yang dimiliki saat ini dengan pengembangan ilmu pengetahuan. ''Sumber daya alam yang dimiliki juga harus dikelola dengan ilmu pengetahuan,'' ucapnya. Wapres juga berpesan agar rakyat Aceh bisa menjaga perdamaian yang selama ini terjadi.

Kawasan Ulee Lheue merupakan wilayah paling parah diterjang tsunami. Akibat gelombang laut besar yang menyapu wilayah itu, hanya 15 persen warga di sana yang tersisa. Di Banda Aceh, sekitar 62 persen warga tewas dan hilang disapu gelombang. Fasilitas umum juga hancur dan rusak parah. Tetapi, upaya rehabilitasi dan rekonstruksi -baik oleh pemerintah maupun bantuan beberapa negara- selama beberapa tahun terakhir mampu memulihkan Aceh kembali.

Selesai upacara peringatan di Ulee Lheue, Wapres Boediono bersama Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengunjungi SMP 6 Lamjabat, mengunjungi Museum Tsunami, dan salat Duhur di Masjid Raya Baiturrahman. Setelah makan siang di pendapa gubernuran, Wapres dan rombongan kembali ke Jakarta.

Sementara itu, bertepatan dengan acara peringatan tsunami kemarin, ratusan warga berziarah di kuburan masal Ulee Lheue. Di sana ribuan korban tsunami dimakamkan. Warga pun mengadakan zikir bersama. Sebagai ucapan syukur, mereka menyembelih lembu untuk dimakan bersama.

Acara serupa juga berlangsung di masjid-masjid di seantero Aceh. Acara doa dan zikir bersama dihadiri ribuan warga. Bahkan, untuk mengenang musibah tsunami, para takmir masjid menginstruksikan untuk mengibarkan bendera setengah tiang.

Secara terpisah, Juru Bicara Badan Kesinambungan Rehabilitasi Aceh Juanda Djamal mengungkapkan, untuk menuntaskan program rehabilitasi, pihaknya tengah mengebut beberapa proyek. Di antaranya, menuntaskan proyek Bandara Sultan Iskandar Muda, Pelabuhan Samudera Lampulo, dan beberapa proyek lain. ''Kami terus mengejar beberapa proyek yang belum terselesaikan,'' ujarnya. (git/ian/imj/din/jpnn/dwi)

No comments: