Boleh dikatakan setiap hari ada berita Pahlawan Divisa di siksa oleh majikan tempat iya bekerja.
mungkin kita belum lupa dengan penyiksaan yang sangat menyedihkan keatas TKW asal Kupang ,yaitu Nirma Bonat yang di satrika oleh majikanya tahun 2004 .selain Nirmala ,"Cariati TKW asal Jateng yang ingin terjun dari bangunan tinggi ,karena tidak beta dengan kelakuan majikannya yang setiap hari menyiksanya.
Banyak lagi kasus-kasus TKW yang tersiksa di manca negara. Seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih serius terhadap kasus penyiksaan TKW.Mereka sanggup datang dari jahu kenegara orang demi untuk membantu keluarga di Indonesia,tetapi nasib juga tidak menyebelahinya.
Apa yang pemerintah segera lakukan membentuk badan yang mengawasi khusus TKI di Luar negara,selain adanya perwakilan RI juga perlu badan khusus yang mengawasi Tki.jangan sampai terjadi pelanggaran-pelanggar terhadap hak-kah tki.seperti gaji tidak di bayar,penjualan tki dan juga penyiksaan yang tidak berprekemanusia.Jangan di awasi di dalam nenagara sahaja,tetapi pengawas harus di luar negari di tempatkan.seperti contohnya kasusa Retno Ucik yang disiksa majikannay sampai membawa kepada kematian.
Berita selengkapnya:
Berakhir sudah penderitaan Sampir Retno Ucik, 27, tenaga kerja wanita (TKW) asal Desa Sabrang, Ambulu, Jember, ke Arab Saudi. Setelah memilih pulang paksa dari tempat kerjanya karena tak kuat menahan siksaan majikannya, perempuan itu akhirnya meninggal dinihari kemarin.Kematian Ucik disebabkan penyakit gagal ginjal yang dialami sepulang dari Arab Saudi.
Dan ini terjadi setelah dia mengalami siksaan majikan selama 18 bulan di Arab Saudi. Selama tiga bulan di rumah, Ucik kurang mendapat perawatan karena keluarga tidak mampu membiayai pengobatan cuci darah yang mestinya dijalani setiap dua minggu sekali.
Sementara itu, asuransi dan gaji yang seharusnya dia terima sampai sebelum dia meninggal, juga belum diberikan.
"Untuk asuransinya juga belum diberikan. Kami sudah mengadukan masalah ini ke pihak yang berwenang. Namun sampai saat ini juga belum ada tanggapan," kata Ahmad Mufti, Anggota Serikat Buruh Migran Indonesia.Ucik mengadu nasib di Arab Saudi 21 bulan lalu.
Ekonomi keluarganya yang serba pas-pasan membuatnya terpanggil membantu meringankan tugas suami. Ucik kenal dengan seseorang yang bekerja di Perusahan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI).
Saat itu Ucik dijanjikan bekerja di Arab Saudi enak dan gajinya cukup besar. Ucik kemudian diterbangkan ke kota Sakaka, Al Rauf, di Arab Saudi Barat. Di tempat tersebut, dia bekerja di rumah Saud Mahmud Al Bagwi yang memiliki 11 anak.
Selama bekerja di tempat tersebut, Ucik hanya bisa nyenyak tidur tiga bulan saja. Lebih dari itu yang ada hanya penyiksaan tiada henti. Majikan berubah menjadi kejam, tendangan dan pukulan setiap hari dirasakan TKW malang ini.
Penyiksaan itu bukan hanya satu dua orang yang melakukan. Namun semua anggota keluarga Mahmud. Termasuk Zeika, istrinya dan sebelas anak serta menantunya. Anaknya sebelas orang. Mereka semua minta dilayani bersamaan. Telat sedetik langsung main pukul dan tendang. Mulai dari yang besar hingga anak paling kecil.
Akibat banyaknya tendangan dan pukulan itu, Ucik langsung jatuh sakit yang luar biasa. Namun dia tetap bertahan meski kedua kakinya dan lehernya sakit akibat dicekik Zeika. Dan terakhir Ucik harus berhenti bekerja setelah mendapat tendangan keras dari Mahmud yang menjadi polisi di Arab Saudi.
Saat itu, sang anak lagi marah kepada bapaknya. Setelah perang mulut anaknya duduk di kursi tamu. Dua bulan Ucik dirawat dan harus menjalani operasi. Beberapa tubuhnya dimasuki selang dan alat-alat yang dia sendiri tidak tahu fungsinya.
Bahkan dia harus cuci darah setiap dua hari sekali. Soal hak-hak keluarga itu, Ahmad Mufti di rumah duka kemarin menyatakan, pihaknya akan berupaya mengurus permasalahan ini. Bersama dengan keluarga mereka akan menuntut ke pihak PJTKI yang memberangkatkan Ucik ke Arab Saudi. (rid)
No comments:
Post a Comment