JAKARTA – Kegagalan Indonesia merebut Piala Uber tak membuat luka bangsa. Posisi runner-up yang diraih tim Merah Putih tetap jadi sejarah manis perjalanan Adriyanti Firdasari dkk. Sejak awal, target tim Uber Indonesia memang semifinal.Kebijakan itu ditetapkan PBSI mengingat ketatnya persaingan di tim putri. Apalagi,faktanya Indonesia selalu gagal melangkah ke Babak 4 Besar dalam delapan tahun ini.
Terakhir, mereka lolos ke semifinal pada ajang Piala Uber 2000 di Kuala Lumpur,Malaysia. Karena itu,ketika tim Merah Putih ditaklukkan China 0-3 dalam laga puncak di Istora Senayan, Jakarta, tadi malam,penonton tetap memberikan aplaus. Termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, Presiden tampak begitu bangga saat berfoto bersama Maria KristinYulianti dkk.
Hasil ini memang sejarah bagi tim Uber Merah Putih. Sebab, ini kali pertama Indonesia mencapai final sejak kekalahan Susi Susanti dkk dalam final Piala Uber 1998 di Hong Kong. Saat itu, Indonesia kalah 1-4 dari China. Karena itu, meski kembali kalah dari China di final 2008, tim Indonesia tetap bersukacita. Sebab, mereka mampu bangkit dari keterpurukan yang menghimpitnya dalam satu dekade.
Apalagi,pada 2006,tim Uber Indonesia tak bisa tampil di Sendai, Jepang, karena tidak lolos kualifikasi. ”Meski gagal, kami tetap kalah terhormat.Kami sudah berusaha maksimal merebut supremasi di Piala Uber, tapi tetap belum sanggup. Mungkin dua tahun ke depan kami akan mampu membalasnya,” ujar Susi yang kini jadi Manajer Tim Piala Uber kemarin.
Susi benar.Tim Merah Putih memang sudah berusaha maksimal. Namun, mereka belum mampu menembus tembok raksasa China yang begitu kuat. Maria Kristin yang tampil di tunggal pertama misalnya tak bisa berbuat banyak di depan pemain nomor satu dunia asal China Xie Xingfang. Peringkat 30 BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) itu kalah 8-21,15-21.
”Saya sebenarnya tidak nervous,tapi kegagalan menghadapi Xu Huaiwen (Jerman) membuat permainan tidak enjoy,”kata Maria. Kondisi sama dialami ganda putri Lilyana Natsir/ Vita Marissa. Pasangan peringkat 9 BWF itu juga harus mengakui kehebatan pasangan nomor satu dunia Yang Wei/Zhang Jiewen. Mereka hanya mampu merebut set kedua sebelum menyerah dengan skor 15-21,21-19,16-21. ”Di set kedua, kami menang angin.
Jadi, tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk mengalahkan mereka. Namun,kami justru kalah angin ketika menjalani set penentuan. Kami pun tidak siap menjalani set ketiga, terutama mengantisipasi angin,” ujar Lilyana kepada wartawan kemarin. Firda–sapaan Firdasari– juga begitu. Pemain peringkat 35 BWF itu juga tak berdaya di hadapan andalan China lainnya.Dia kalah 12- 21, 10-21 dari Lu Lan,pemain peringkat 2 dunia. Yang pasti, kekalahan ini memang sudah diprediksi sejak awal.
Sebab, tim Indonesia masih kalah kelas dari tim China yang diperkuat para pemain top dunia. Lu Lan misalnya tampak begitu dominan.Dia dengan mudahnya mendikte permainan Firda yang 33 peringkat di bawahnya.Wajar jika tunggal kedua Indonesia itu akhirnya gagal mengamankan ambisi tim Merah Putih mengulang prestasi manis 1994 dan 1996. ”Kami tentu akan terus memperbaiki diri.
Jika tahun ini kami gagal merebut gelar, dua tahun ke depan kami siap meraihnya,”tandas Lilyana. Yang pasti,prestasi runnerup ini memang awal dari kebangkitan tim Piala Uber Indonesia. Tentu, harapannya tim Indonesia kembali bisa merebut kejayaan seperti masa keemasan Susi Susanti. Sementara itu, dengan kesuksesan ini,Susi meminta pemerintah memberikan penghargaan.
”Harus ada penghargaan dari pemerintah.Sebab, mereka telah melebihi target. Dengan penghargaan tersebut, otomatis akan menyedot perhatian. Apalagi, selama ini, sumber daya manusia untuk putri memang kurang. Ke depan, ini menjadi tugas PBSI mengoptimalkan regenerasi di putri dan jangan cuma fokus di putra,” kata Susi kemarin. Pemerintah juga harus memberikan jaminan kepada atlet berprestasi,terutama cabang bulu tangkis.
Sebab, selama ini hanya otoritas bulu tangkis Indonesia yang bekerja meningkatkan kualitas atlet. Peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 ini menambahkan, pembinaan harus lebih dikembangkan karena hanya Jakarta yang menjadi fokus pembinaan selama ini. Selain itu, pengurus daerah (pengda) pun seharusnya turut terlibat bersama Depdiknas untuk mengadakan pembinaan di setiap sekolah.
Sementara itu, Presiden SBY memberikan ucapan selamat kepada Maria dkk karena berhasil merebut posisi kedua. Dia tetap bangga atas prestasi itu karena tim Indonesia kalah dari tim Uber China yang diperkuat para pemain yang memiliki peringkat lima besar dunia. Orang nomor satu di Indonesia ini optimistis prestasi tim Uber Indonesia bisa lebih ditingkatkan.
”Mereka memiliki peluang itu, apalagi ada event di Olimpiade yang harus dipertahankan,” ujar Presiden. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menegpora) Adhyaksa Dault menambahkan, pihaknya akan segera mengajukan anggaran bagi cabang-cabang yang berprestasi, terutama bulu tangkis. Sebab, anggaran yang diberikan Kemenegpora kepada PBSI hanya Rp15 miliar.
”Mereka harus mendapat bantuan,terutama dari pihak lain seperti DPR,” kata mantan Ketua Umum KNPI ini. Sementara bagi China, ini merupakan kali ke-11 mereka merebut supremasi di Piala Uber. Bahkan, ini juga gelar keenam beruntun mereka sejak merebutnya dari tangan Indonesia delapan tahun silam. Jadi, dalam 10 tahun terakhir, tim Uber China tak terkalahkan meski telah berganti-ganti pemain.
Itu berarti pembinaan dan regenerasi di bulu tangkis China memang luar biasa mulai dari Ye Zhaoying, Gong Ruina, Zhang Ning sampai Xie Xingfang yang kini menjadi pemain terbaik dunia putri. Bahkan, dalam 11 kemenangannya di ajang bulu tangkis beregu putri paling bergengsi itu, dominasi mereka hanya terhenti di tangan Indonesia, yakni pada 1994 dan 1996.
No comments:
Post a Comment