Sunday, May 18, 2008

KEBANGKITAN BANGSA,BANGKIT UNTUK BANGSA SEABAD

Pawai hari kebangkitan nasional


KEBANGKITAN NASIONAL: Emha Ainun Najib dan Kiki Syahnarki saat memberikan pandangan tentang 100 Tahun Kebangkitan Nasional.

JAKARTA – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid menyatakan, 100 Tahun Kebangkitan Nasional merupakan momentum yang tepat untuk menentukan arah perubahan bangsa. Menurut dia, bangsa Indonesia sebenarnya bangsa yang hebat. Bahkan, Indonesia pernah menjadi guru bagi bangsa lain.

Namun, dalam perjalanannya, peran guru ini justru dilampaui oleh bangsa lain sebagai muridnya. ”100 tahun merupakan momentum yang tepat untuk perubahan,” tandas Hidayat ketika membuka seminar nasional 100 Tahun Kebangkitan Nasional dengan tema ”Bangkitlah Negeriku, Harapan Itu Masih Ada” kemarin di Jakarta.
Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera ini mengungkapkan, beberapa kemerosotan Indonesia dibandingkan negara lain terlihat jelas. Dia mencontohkan perkembangan Malaysia yang kini lebih maju dibandingkan Indonesia.

Malaysia, ujar dia, dulu meminta Indonesia untuk mengirimkan guru untuk mengajar di sana. Namun, ironisnya saat ini Malaysia justru menjadi lumbung tenaga kerja Indonesia. Selain itu, dulu Malaysia belajar mengelola tambang minyak dari Pertamina. Kini, Malaysia memiliki Petronas dengan menara kembarnya.
”Sedangkan pertamina belum memiliki apa-apa,” ujarnya. Parahnya lagi, Indonesia pun tertinggal jauh dengan Vietnam yang baru beberapa tahun merdeka. Dulu, menurut Hidayat, Vietnam mengimpor beras dari Indonesia, sekarang justru sebaliknya.

”Padahal, negara kita terkenal dengan negara agraris,” tandasnya. Beberapa kemerosotan Indonesia juga terlihat dari prestasi di bidang olahraga yang kian menurun. Hidayat mencontohkan Korea Selatan yang dulunya belajar bulu tangkis di sekolah atlet di Ragunan. Namun, kini Indonesia justru dikalahkan Negeri Ginseng tersebut di depan publik sendiri. ”Itu artinya sebagai guru kita berhasil,” katanya.

Hal senada diungkapkan budayawan Emha Ainun Nadjib. Menurut dia, 100 Tahun Kebangkitan Nasional merupakan momentum yang tepat untuk melakukan perubahan. ”Kita sedang dihadapkan pada gerbong sejarah yang luar biasa.
Gerbong perubahan ini mau tidak mau akan terjadi. Kita akan membangun peradaban baru dan ini tahun yang tepat untuk memulai perubahan peradaban itu,” kata Cak Nun––panggilan akrab Emha Ainun Nadjib.

Cak Nun mengatakan, bukan hanya harapan yang masih ada, tapi Indonesia juga memiliki kemampuan yang luar biasa untuk bangkit dan mendapatkan pengaruh di dunia internasional. ”Masalahnya, saat ini kadang kita lebih unggul dari malaikat dan di lain waktu bisa lebih unggul dari iblis. Ini pekerjaan rumah buat kita semua,” ujarnya.
Sementara itu, Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal TNI Djoko Santoso justru menilai, selama satu abad Kebangkitan Nasional telah terjadi kelunturan militansi dan jati diri bangsa.

”Kita masih menghadapi permasalahan itu, perlu sama-sama bekerja keras memperkokoh militansi bangsa serta memegang teguh jati diri dan kultur bangsa,” tandas Panglima Djoko Santoso di Jakarta kemarin.
Menurut dia, Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan globalisasi, kondisi ketahanan, pertahanan dan keamanan nasional yang menunjukkan adanya kerawanan. Kerawanan itu adalah gejala menurunnya nasionalisme dan wawasan kebangsaan.

”Hal itu ditandai dengan mulai memudarnya pola-pola hidup solidaritas, gotong-royong, musyawarah untuk manfaat, dan sebagainya yang selama ini menjadi kekuatan pembangunan bangsa,” tandas mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini.

No comments: