Friday, May 16, 2008

Mengapa Indonesia Bisa Dipermalukan?



THOMAS MELAYANG, Pebulutangkis Taufik Hidayat melangkah keluar lapangan melewati pemain Korea Selatan yang sedang melakukan selebrasi setelah memenangi babak semifinal kejuaraan dunia bulutangkis beregu Thomas Cup 2008 di Istora Senayan, Jakarta, tadi malam. Indonesia kalah 0-3 dan hanya menjadi juara tiga.

JAKARTA – Tragis! Tim Thomas Indonesia dipermalukan Korea Selatan di depan publik sendiri.Taufik Hidayat dkk dibantai tim Negeri Ginseng dengan skor telak 0-3 dalam laga semifinal di Istora Senayan, Jakarta, tadi malam.

Ini momen antiklimaks Indonesia sepanjang perhelatan di Piala Thomas & Uber 2008. Lebih ironis lagi, kondisi itu terjadi saat Indonesia siap merayakan momentum 100 tahun Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei mendatang.

Tidak ada kekuatan dominan seperti saat tim Merah Putih menang 5-0 atas Jerman dan 3-0 atas Inggris.Bahkan, tidak ada lagi semangat kebangkitan seperti saat Indonesia membalikkan kemenangan 3-2 atas Thailand di penyisihan grup. Kenapa bisa begitu? Sony Dwi Kuncoro yang diharapkan menyumbangkan poin pertama untuk Indonesia, malah tidak berdaya di tangan Park Sung-hwan.

Dia takluk 12-21, 21-12, 18-21.Padahal, dari peringkat dunia (BWF), dia sebetulnya lebih unggul. Sony kini berada di peringkat 6 dunia,sementara Sung-hwan 8 BWF. Begitu juga ganda Markis Kido dan Hendra Setiawan.Pasangan terbaik dunia itu malah dipermalukan ganda nomor 3 BWF Jung Jae-sung/Lee Yong-dae 19-21, 21-15, 10-21.
lebih menyakitkan, idola bulu tangkis Indonesia Taufik Hidayat.Pemilik peringkat 7 BWF itu jadi bulan-bulanan Lee Hyun-il di tunggal kedua. Dia dibantai pemain peringkat 9 BWF itu tanpa balas 13-21,14-21. Sungguh,hasil ini sangat kontras dengan tiga pertemuan Indonesia-Korea Selatan di semifinal Piala Thomas.

Merah Putih bukan hanya mendominasi kemenangan 3-0, juga dengan selisih poin cukup telak.Pada 1992 di Kuala Lumpur misalnya,Indonesia menang 5-0.Begitu pun di Jakarta 1994, Merah Putih mengusai lapangan dengan kemenangan 4-1.
Hanya di ajang Hong Kong 1996,Indonesia mendapat perlawanan ketat dari Korea,sehingga memetik kemenangan 3-2.
Kini,lebih tragis lagi.Indonesia bukan hanya mendapat perlawanan berarti, tapi lebih dari itu: dipermalukan.
Bahkan,sejarah kesuksesan Indonesia di Piala Thomas pun direbut Negeri Ginseng. Dengan kemenangan ini, Sunghwan dkk lolos ke final pertamanya sepanjang keikutsertaan di ajang Piala Thomas. Yang menjadi masalah, kenapa tim Indonesia begitu rapuh di depan Korea Selatan?

Bahkan,Taufik dkk seperti kehilangan semangat untuk bangkit dari keterpurukan. Padahal,Merah Putih punya utang untuk merebut kembali Piala Thomas yang terbang ke Negeri Tiongkok sejak 2004. Sungguh, kejadian kali ini lebih buruk dari tragedi kekalahan Indonesia di semifinal Piala Thomas 2004, juga di Jakarta.

Saat itu, Indonesia––yang diprediksi menang mudah atas Denmark karena modal 13 kemenangan––hanya kalah 2-3. Sementara sekarang, Merah Putih tidak mampu meraih satu poin pun. ”Kami kalah power.Tenaga mereka kuat sekali, sehingga kami kalah cepat,” aku Hendra yang mengaku nervousdi set terakhir.

Hendra juga mengaku pasangan Korea Selatan peringkat tiga dunia itu dalam performa terbaiknya saat tampil di Piala Thomas 2008. Apalagi,mereka juga merasa termotivasi dengan kesuksesannya di All England, Swiss Super Series, dan Kejuaraan Asia.

”Kemampuan mereka benar-benar komplet belakangan ini. Selain kekuatan smesmerekamakinbagusdan mematikan,teknik bertahannya pun makin berkembang. Sulit bagi kami menembus pertahanannya yang rapat,” imbuh Markis yang rekor pertemuannya dengan Jaesung/ Yong-dae menjadi 3-3.
Hal senada dilontarkan Pelatih Kepala Christian Hadinata.
Dia juga menilai adanya perkembangan signifikan dari para pemain Korea Selatan, terutama dari sisi skill. Jadi, dia tidak mau tim Indonesia disebut tidak punya semangat juang untuk merebut kemenangan.
Dia tetap melihat Taufik dkk telah memberikan permainan terbaiknya meski akhirnya menyerah di tangan Korsel. ”Saya pikir mereka telah berjuang dengan baik. Sayang, akhirnya gagal. Yang jelas, kami tidak ingin menyalahkan siapa pun,” kata Christian.

Sementara itu,Taufik juga mengakui kekalahan dari Hyun-il. Dia tidak mau mencari kambing hitam. ”Kalah ya kalah, tidak ada alasan. Apalagi, saya bukan tipe orang yang mencari alasan jika kalah,”ujar Taufik. Pebulu tangkis berusia 26 tahun ini juga menepis kegagalan itu karena cedera pinggang yang dideritanya sejak lama.

Dia hanya ingin realistis melihat lawan yang jauh lebih baik,mulai skill, semangat, dan stamina. Selain itu, dia juga menyebut bahwa kekalahan dari tidak lepas dari ketidakberuntungannya.

”Penampilan saya sebenarnya telah meningkat, tapi Hyun-il lebih bagus lagi.Saya juga telah mengetahui jika dia bagus di dua pertandingan terakhir, tapi di luar dugaan dia mampu menjalani pertandingan sebaik kali ini,” ungkap peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu.

Yang pasti,semoga saja kegagalan tim Thomas Indonesia ini tidak meruntuhkan semangat tim Uber Indonesia yang akan berjuang melawan China di final hari ini.Justru, tragedi ini jadi pemantik semangat kebangkitan Adriyanti Firdasari dkk untuk mengembalikan Piala Uber ke Tanah Air setelah 10 tahun lepas dari genggaman.

No comments: