Aksi demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai telah memasuki fase kritis. Pemerintah pun diminta segera mengambil tindakan untuk meredam amarah mahasiswa.
"Mahasiswa sudah mulai menemukan titik konflik. Mereka juga sudah menemukan energinya sebagai musuh SBY-JK," kata Ketua Pedoman Indonesia Fadjroel Rachman di Jakarta, Selasa (27/5).
Fadjroel menilai, sudah saatnya pemerintah menanggapi serius reaksi mahasiswa tersebut. Sebab, bukan mustahil, jika kondisi ini dibiarkan akan mengulang sejarah reformasi 1998."Aksi-aksi ini sudah sangat serius dan bahaya.
Apalagi kalau mahasiswa, kelas menengah, dan oposisi sudah bersatu, aksi 1998 dipastikan terulang," ujarnya.
Menurutnya, hanya ada tiga cara untuk meredam kemarahan mahasiswa. Pertama, pemerintah membatalkan kenaikan harga BBM. Kedua, memecat pejabat tinggi kepolisian, dan ketiga, meminta maaf kepada mahasiswa atas aksi kekerasan yang dilakukan aparat di sejumlah aksi demo, termasuk Unas.
"Tapi tawaran ini hanya untuk meredam gerakan agar SBY-JK. Hanya upaya untuk meredam tapi tidak menyelesaikan persoalan," imbuhnya.
No comments:
Post a Comment